Laporan Fisiologi Tumbuhan Respirasi pada Tanaman

Selasa, 28 Januari 2014

Laporan Fisiologi Tumbuhan Respirasi pada Tanaman




Topik              : Respirasi Pada Tumbuhan
Tujuan           : Mengetahui pengaruh suhu terhadap laju respirasi kecambah
Dasar Teori
Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang memiliki kloropil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang berada di dalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena kloropil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1985)

Respirasi merupakan kebalikan dari peristiwa fotosintesis. Respirasi merupakan proses pembongkaran energy yang tersimpan untuk dimanfaatkan dalam proses kehidupannya. (Dahlia, 2000)
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997).
Bahan organik yang dioksidasi adalah glukosa (C6H12O6) maka persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6Oè 6 CO2 + 6H2O + Energi
Jumlah O2 dan CO2 yang dilepaskan tidak selalu sama. Perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang digunakan biasa dikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory Quotient dan disingkat RQ. Nilai RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna atau tidaknya proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1989).
            Reaksi respirasi suatu karbohidrat berlangsung dalam 4 tahapan:
1)      Glikolisis
Kata “glikolisis” berarti “menguraikan gula” dan itulah yang tepatnya terjadi selama jalur ini. Glukosa, gula berkarbon enam, diuraikan menjadi dua gula berkarbon tiga. Gula yang lebih kecil ini kemudian dioksidasi, dan atom sisanya disusun ulang untuk membuat dua molekul piruvat (Champbell, 2002)
2)      Dekarboksilasi oksidatif piruvat
Asam piruvat yang merupakan senyawa 3C diubah menjadi aseti-KoA (senyawa 2C) dengan melepaskan CO2
3)      Daur asam sitrat (daur Krebs)
Asetil-KoA diuraikan menjadi CO2. Daur ini disebut daur asam sitrat karena senyawa C6 yang pertama terbentuk adalah asam sitrat
4)      Transfer electron
Hydrogen (ion H+) yang dihasilkan dari tahap 1 sampai 3 berkombinasi dengan oksigen membentuk air (H2O). energy yang dibebaskan oleh transport electron digunakan untuk pembentukan ATP.

Untuk mengetahui peristiwa respirasi, dihitung volume CO hasil titrasi.
Yang diketahui :         Lama inkubasi (respirasi) = 24 jam
                      Larutan KOH 0,5 N, 50 ml
                      Larutan standar (peniter) = 0,5 N HCl
            Reaksi
                                                2 KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
BaCl2 + K2CO3 → BaCO3 = 2 KCl
Yang dititer :               KOH sisa (yang tidak mengikat CO2)
                                    KOH + HCl → KCl + H2O

Konsentrasi KOH semula (A grol) =
KOH sisa habis dititer oleh Y ml 0,5 N HCl , karena jumlah grol peniter = jumlah yang dititer, maka grol KOH sisa dapat dicari sebagai berikut
Jadi, jumlah KOH yang bereaksi dengan CO2 (C grol) = A-B
Dari persamaan reaksi diatas, maka jumlah grol KOH equivalen dengan 0,5 grol CO2
Jadi, tiap grol gas CO2 yang berikatan dengan KOH (D grol) = 0,5 x C grol
Jika tiap grol gas (O0C, 76 mmHg) banyaknya gas terlarut = 22,4 liter, maka volume gas CO2 terlarut dapat dicari persamaan
 =
V1 = Volume gas terlarut dalam 00C, P 76 mmHg, untuk tiap grol = 22,4 liter
T1 = 00C = 2730K
V2 = Volume gas yang dicari
T2 = Suhu pengamatan (dalam Kelvin) = x + 273
 =
 

Cara Kerja
Menimbang biji kacang hijau dan kecambahnya masing-masing 25 gram, kemudian membungkus dengan kain kasa dan mengikatnya dengan benang
Menyiapkan botol selai dan mengisi masing-masing botol dengan 100 ml KOH 0,5 N
Memasukkan ke dalam 3 botol selai (botol 1,2 dan 3) bungkusan kecambah kacang hijau dengan cara menggantungkan dengan benang pada mulut botol. Dalam 3 botol yang lain (4,5, dan 6) hanya mengisikan larutan KOH 0,5 N sebagai kontrol
Menutup ke 6 botol selai tersebut dengan penyumbat secara rapat kemudian menempatkan pada tempat yang sama. Sebelum itu masing-masing perlakuan diberi label yang jelas.
Memasukkan botol 1 dan 4 ke dalam pendingin (230C)
Memasukkan botol 2 dan 5 ke dalam inkubator (400C)
Memasukkan botol 3 dan 6 pada suhu kamar (270C)
Menghentikan percobaan setelah 24 jam. Menitrasi semua larutan KOH yang ada di botol untuk menghitung banyaknya CO2 hasil respirasi kecambahnya. Mencatat temperatur larutan KOH saat akan dititer
Memasukkan data pengamatan ke dalam tabel

Hasil Pengamatan

Perlakuan

Volume HCl yang dibutuhkan

Titrasi 1

Titrasi 2

Rata-rata

Pendingin  P

35,5

36

35,75

Pendingin K

41

35

38

Suhu Kamar P

28

24

26

Suhu Kamar K

41

35

38

Inkubator P

22

18

20

Inkubator K

41

35

38

Analisis Data


Pendingin (230C)
ü  Perlakuan
                        Konsentrasi KOH semula (A grol) =

Jumlah KOH yang bereaksi dengan CO2 = 0,025 – 0,0179 = 0,0071
Grol gas CO2 yang berikatan dengan KOH (D grol) = 0,5 x 0,0071 + 0,00355
Volume gas CO2 terlarut (E grol) =  = 0,0862
Volume CO2 respirasi tiap jam =  = 0,0036 liter/ jam
ü  Kontrol           
                        Konsentrasi KOH semula (A grol) =
Grol  KOH (B grol) =
Jumlah KOH yang bereaksi dengan CO2 (C grol) = 0,025 – 0,019 = 0,006
Grol gas CO2 yang berikatan dengan KOH (D grol) = 0,5 x 0,006 = 0,003
Volume gas CO2 terlarut (E grol) =  = 0,0728
Volume CO2 respirasi tiap jam =  = 0,003 liter/ jam
Suhu Kamar (270C)
ü  Perlakuan
                        Konsentrasi KOH semula (A grol) =
Grol  KOH (B grol) =
Jumlah KOH yang bereaksi dengan CO2 (C grol) = 0,025 – 0,013 = 0,012
Grol gas CO2 yang berikatan dengan KOH (D grol) = 0,5 x 0,012 = 0,006
Volume gas CO2 terlarut (E grol) =  = 0,1477
Volume CO2 respirasi tiap jam =  = 0,0061 liter/ jam

ü  Kontrol
Konsentrasi KOH semula (A grol) =
Grol  KOH (B grol) =
Jumlah KOH yang bereaksi dengan CO2 (C grol) = 0,025 – 0,019 = 0,006
Grol gas CO2 yang berikatan dengan KOH (D grol) = 0,5 x 0,006 = 0,003
Volume gas CO2 terlarut (E grol) =  = 0,0738
Volume CO2 respirasi tiap jam =  = 0,0031 liter/ jam
Inkubator (400C)
ü  Perlakuan
Konsentrasi KOH semula (A grol) =
Grol  KOH (B grol) =
Jumlah KOH yang bereaksi dengan CO2 (C grol) = 0,025 – 0,01 = 0,015
Grol gas CO2 yang berikatan dengan KOH (D grol) = 0,5 x 0,015 = 0,075
Volume gas CO2 terlarut (E grol) =  = 0,1926
Volume CO2 respirasi tiap jam =  = 0,008 liter/ jam
ü  Kontrol
Konsentrasi KOH semula (A grol) =
Grol  KOH (B grol) =
Jumlah KOH yang bereaksi dengan CO2 (C grol) = 0,025 – 0,019 = 0,006
Grol gas CO2 yang berikatan dengan KOH (D grol) = 0,5 x 0,006 = 0,003
Volume gas CO2 terlarut (E grol) =  = 0,077
Volume CO2 respirasi tiap jam =  = 0,0032 liter/ jam     

Perlakuan

Volume CO2 Respirasi Kecambah Kacang Hijau (liter/jam)

Pendingin (230C)

Suhu Kamar (270C)

Inkubator (400C)

Perlakuan

0,0036

0,0061

0,008

Kontrol

0,003

0,0031

0,0032


Grafik hubungan antara kecepatan respirasi dengan perlakuan





Pembahasan
Respirasi adalah proses oksidasi dari produk digesti dalam sel untuk melepaskan energy yang diperlukan dalam berbagai aktivitas organisme hidup. Proses tersebut mencakup suatu rantai reaksi yang majemuk dan menyangkut berbagai tahapan dan dibantu oleh berbagai enzim. Tahapan pertama bersifat anaerobic, tanpa oksigen bebas, dan tahapan terakhir memerlukan oksigen bebas, jadi tahapan terakhir itu bersifat aerobic. Selanjutnya ADP diubah menjadi ATP yang merupakan sumber energy bagi semua jenis reaksi selular. Respirasi sebagai suatu proses oksidasi yang terdiri banyak tahapan reaksi dan juga respirasi adalah oksidasi selular di mana energy yang disimpan dalam molekul-molekul makanan dilepaskan dan digunakan oleh sel. Dalam reaksi tersebut, H2O dan CO2, merupakan hasil akhir dan energy terlepas.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu turut berpengaruh terhadap laju respirasi aerob. Rangkaian kecambah pada suhu kamar yaitu 27ºC melepaskan lebih banyak dari pada rangkaian kecambah pada suhu 25ºC, dan 400C. Jumlah yang dilepaskan dapat dilihat dari banyaknya HCl yang dibutuhkan saat titrasi. Pada kecambah yang berada pada suhu kamar yakni 270C volume HCl yang dibutuhkan sebanyak 26 ml, pada suhu dingin yakni 230C volume HCl yang dibutuhkan sebanyak 35,75 ml, pada suhu inkubator yakni 400C volume HCl yang dibutuhkan sebanyak 20 ml, sedangkan pada kontrol membutuhkan HCl sebanyak 38 ml. Volume HCl yang digunakan pada saat titrasi, dikali dengan 5 ml BaCl2 yang digunakan sehingga diperoleh volume CO2 yang dihasilkan oleh kecambah. Dari hasil perhitungan diperoleh volume HCl pada botol kontrol yaitu 0,003 liter. Sedangkan pada botol di pendingin dengan suhu 23oC yaitu 0,0036 liter, pada suhu kamar 270C yaitu 0,0061 liter dan inkubator dengan suhu 40oC yaitu 0,008 liter.
       Kecambah dibungkus dengan kain kasa, kain kasa memiliki pori-pori yang cukup besar sehingga dapat digunakan untuk memberi ruang atau celah yang dapat dilewati oleh oksigen dan karbon dioksida pada saat proses respirasi. Kecambah dimasukkan kedalam botol yang ditutup rapat. Penutupan rapat ini bertujuan agar tidak ada gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan seperti oksigen dari luar yang masuk kedalam botol dan tidak ada karbon dioksida yang keluar dari botol. Larutan didalam botol merupakan larutan basa kuat yaitu KOH, KOH berfungsi sebagai larutan yang dapat berikatan dengan Karbon dioksida hasil dari respirasi kecambah. KOH yang mengikat karbon dioksida  akan membentuk natrium bikarbonat yang merupakan karbondioksida terlarut. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
 2KOH + CO2                           K2CO3 + H2O
Rangkaian praktikum ini disimpan selama 24 jam pada suhu tertentu hingga akhinya dititrasi.
      Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri yaitu titrasi penetralan basa (KOH) dengan menggunakan senyawa asam, senyawa asam yang digunakan adalah asam kuat HCl. Fungsi titrasi ini untuk mengetahui jumlah CO2 yang terikat KOH. Sebelum dititrasi dengan HCL, larutan dari rangkaian praktikum diambil sebanyak 10 ml dan ditambahan BaClsebanyak 5 ml, penambahan BaCl berfungsi untuk mengendapkan karbon dioksida yang telah diikat oleh KOH. Persamaan reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut :
BaCl + K2CO3                                       BaCO3 + 2 KCl
       Larutan yang awalnya berwarna bening kemudian berubah menjadi keruh hal ini disebabkan karena terbentuk endapan putih dari hasil penambahan larutan dengan BaCl. Selanjutnya larutan tersebut diteteskan indicator fenolptalein (indicator pp). Indikator yang berwarna merah ini menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah muda. Indicator pp berfungsi untuk memudahkan mengamati perubahan warna ketika larutan dititrasi. Kemudian larutan dititrasi dengan asam kuat yaitu HCl dengan menggunakan pipet tetes hingga larutan berubah warna menjadi bening kembali. Warna dapat kembali bening menunjukkan bahwa larutan basa telah bereaksi sempurna dengan asam sehingga larutan menjadi netral. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
 KOH + HCl                           KCl + H2O
       Jumlah karbon dioksida yang dilepaskan oleh kecambah pada proses repirasi aerob berbanding lurus dengan jumlah HCl yang diteteskan ketika titrasi dengan kata lain semakin banyak karbon dioksida yang dilepaskan maka semakin banyak HCl yang diperlukan saat titrasi, dan begitu pula sebaliknya. HCl berfungsi sebagai peniter (zat penitrasi) dalam penitrasi ini

Kesimpulan
  1. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan saling berkaitan, karena semakin tinggi suhu maka laju respirasi juga akan semakin meningkat dan CO2 yang dilepaskan juga akan bertambah jumlahnya.
  2. Suhu dapat mempengaruhi laju respirasi aerob, hal ini dapat di lihat dari banyaknya kadar CO2 yang terikat pada masing-masing suhu yaitu ; untuk kontrol sebesar 0,003 liter, pada suhu 230C sebesar 0,0036 liter pada suhu 27ºC sebesar 0,0061 liter dan untuk  suhu 25ºC sebesar 0,008 liter.
  3. Jumlah HCl berbanding lurus dengan jumlah yang dilepaskan sehingga  semakin banyak HCl yang digunakan maka semakin banyak pula yang dilepaskan.

Daftar Pustaka
Dahlia, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Malang : UM Press
Dwidjoseputro. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia
Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Loveless. 1997. Prinsip-prinsip Fisiologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta : PT. Gramedia
Sasmitahardja, D. 1990. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB Bandung
Keeton, W.T. 1967. Biological Science. Norton and company. INC. New York
Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Pers : Jakarta
Salisbury, Frank and Ross, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung. Penerbit ITB
Simbolon, Hubu, dkk. 1989.  Biologi Jilid 3. Jakarta. Penerbit Erlangga

0 komentar :

Posting Komentar

jangan lupa comment ya teman-teman.. :D