Makalah Myxomycota

Minggu, 29 April 2012

Makalah Myxomycota



MYXOMYCOTINA
MAKALAH
Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Botani Tumbuhan Bertalus yang dibina oleh Ibu Sitoresmi Prabaningtiyas dan Pak Triastono Imam Prasetyo


Disusun Oleh :
Kelompok 8
Nuril Islami                 /           110342422020
Ayu Linda                   /           110342422025
Alfiani R.                     /          110342422037
Anissa Fitriyah             /          110342422031
Offering H





JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
APRIL 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Sub Divisi Myxomycotina dikenal sebagai jamur lender plasmodial / aseluler. Jamur lender plasmodial biasanya hidup seperti plasmodium. Mereka memiliki lapisan lendir dan bersifat fagositosit terhadap materi tumbuhan di hutan atau lahan pertanian.
Pada saat yang tidak menguntungkan, seperti musim kemarau, plasmodium berkembang membentuk sporangia (tunggal : sporangium). Sporangium adalah struktur reproduksi penghasil spora. Kumpulan dari sporangium disebut badan buah. Jika kondisi memungkinkan untuk tumbuh, misalnya kelembapan tingg, spora yang dihasilkan oleh sporangium akan berkecambah.
Pada proses perkecambahan, spora dilepas dalam bentuk sel- sel berflagel atau sel-sel ameboid. Pada akhirnya, kedua bentuk sel tersebut bersatu membentuk zigot dan tumbuh membentuk plasmodium multinukleat lagi.
Myxomycota merupakan jamur lendir yang tidak bersekat. Jamur ini berinti banyak, setiap intinya tidak dipisahkan oleh adanya sekat, bersifat uniseluler ataupun multiseluler, dan dapat bergerak bebas. Jamur lendir hidup di batang kayu yang membusuk, tanah lembap, sampah basah, kayu lapuk, dan di hutan basah. Jamur lendir dapat berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif. Fase vegetatif Plasmodium bergerak amoeboid mengelilingi dan menelan makanan berupa bahan organik. Makanan dicerna dalam vakuola makanan. Sisa yang tidak dicerna ditinggal sewaktu plasmodium bergerak. Jika telah dewasa, Plasmodium membentuk sporangium (kotak spora). Sporangium yang masak akan pecah dan spora tersebar dengan bantuan angin. Spora yang berkecambah akan membentuk sel gamet yang bersifat haploid, kemudian sel gamet ini melakukan singami. Singami adalah peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama (yang tidak dapat dibedakan jantan dan betinanya). Hasil peleburan berupa zigot dan zigot tumbuh dewasa.
Pada Myxomycota, massa berinti banyak yang disebut Plasmodium (jangan dikacaukan dengan plasmodium penyebab malaria), bergerak berpindah tempat di tanah atau sepanjang dasar hutan, di daun, kayu busuk untuk memakan bakteri. Plasmodium mempunyai banyak inti, tetapi tidak dapat dibagi menjadi beberapa sel-sel terpisah. Myxomycota yang sedang bergerak dapat seukuran buah anggur. Saat Plasmodium membesar, intinya membelah. Sebaliknya, pada Acrasiomycota, sel-sel individu tetap terpisah saat mereka bergabung membentuk pseudoplasmodium atau massa multiseluler.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ingin dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

                                i.            Bagaimana ciri-ciri yang dimiliki oleh lumut dari sub divisi Myxomycotina?
                              ii.            Bagaiman klasifikasi dari Myxomycotina?
                            iii.            Apakah manfaat dan kerugian dari lumut Myxomycotina dalam kehidupan sehari-hari?

C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

                         i.          Untuk mengetahui lebih jauh tentang lumut Myxomycotina
                       ii.          Mengetahui klasifikasi dari lumut Myxomycotina
                     iii.          Mengetahui manfaat maupun kerugian dari lumut Myxomycotina dalam kehidupan sehari-hari

D.    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dapat dihasilkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

                                i.            Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang apa dan bagaimana lumut yang tergolong dalam Myxomycotina tersebut
                              ii.            Mahasiswa dapat mengembangkan lebih dalam lagi mengenai penggunaan lumut dari sub divisi Myxomycotina untuk dimanfaatkan lebih luas lagi
                            iii.            Sebagai bahan pembelajaran yang penting.





BAB 2
PEMBAHASAN
A.      Ciri-ciri dan Klasifikasi Myxomycota
Ciri – ciri umum yaitu : terbentuk tubuh buah dan menghasilkan spora. Ada fase gametofit dan sporofit, pembentukan spora diawali pembelahan meiosis, dan gamet dibentuk dari pembelahan mitosis.  Contoh : Dictyostelium discoideum, Fuligo infestans, Aethalium septicum
Fuligo infestans                Dictyostelium discoideum              Aethalium septicum

Jamur lendir adalah bersifat heterotrof. Pada umumnya merupakan saprofit yang dapat menyerap makanan dari substrat. Jamur lendir mudah ditemukan di tempat lembab sebagai saprofit yang tumbuh pada kulit kayu.
Sub Divisi Myxomycotina dibagi menjadi 3 Kelas yaitu : Pseudomyxomycetes, Plasmodiophoromycetes, dan Myxomycetes
A.      Kelas Pseudomyxomycetes
Oraganisme yang masuk dalam klas ini di alam bebas tidak mudah dikenal, karena tubuh-tubuhnya hanya tampak sebentar saja, karena kecilnya talus pada tahap vegetative, dan biasanya karena keseluruhannya kurang menarik perhatian.
Pada tahap vegetatif Pseudomyxomycetes terdiri atas satu sel yang tidak berdinding, sedang intinya satu haploid. Sel ini berupa satu tetes protoplasma mirip dengan suatu amoeba dan oleh karena itu disebut miksamuba. Makanannya pun mirip dengan apa yang dimakan amoeba, yaitu bakteri dan zat-at organic lainnya. Pseudomyxomycetes  tidak menghasilkan sel yang berflagel, cara bergeraknya miksamuba sama dengan bergeraknya amoeba.
Pada suatu waktu tertentu miksamuba-miksamuba berkumpul menjadi satu kelompok lendir, namum tiap-tiap sel masih tetap tampak sendiri-sendiri. Oleh karena itu, kelompok lendir ini tidak merupakan suatu plasmodium, melainkan pseudoplasmodium. Klas Pseudomyxomycetes dibagi menjadi dua ordo yaitu Ordo Acrasiales dan Ordo Labyrinthulales.
1.      Ordo Acrasiales
Tubuh buah Acrasiales disebur sorokarp, yaitu suatu bentuk yang terdiri atas suatu himpunan “buah-buah”. Pada Guttulinopsis tumbuhan itu kecil, hanya tampak jelas jika dilihat dengan mikroskop. Pada polysphondylium tubuh buah itu bercabang-cabang dan besarnya sampai lebih dari 1 cm.
Pada beberapa spesies tertentu sorokarp itu sederhana, terdiri atas satu tangkai yang membawakan satu kelompok spora diujungnya. Pada beberapa spesies yang lain sporokarp bercabang-cabang, dan pada tiap ujung cabang terdapat satu kelompok spora.
            Oskar Brefeld (1869), seorang ahli jamur bangsa Jerman, adalah sarjana pertama yang membicarakan jamur lendir bersel. Organisme yang disebut ialah Dictyostelium mucoroides. E.W. Olive (1902) menyusun monografi tentang jamur lendir bersel ini. Perhatian tentang jamur ini bertambah terus-menerus dan Bonner (1959) menghimpun hasil penelitian para ahli selama setengah abad dalam bukunya “The Cellular Slime Molds” (1959)
Siklus hidup Acrasiales berawal dari spora yang terlepas dari sorokarp dan berkecambah menjadi bentuk serupa amoeba (miksamuba). Miksamuba ini berkembangbiak, dan keturunannya tetap berkelompok sehingga terbentuklah suatu kelompok protoplasma dengan banyak inti. Masing-masing inti adalah haploid. Berhubung batas antara amuba-amuba tetap ada, maka kelompok protoplasma itu merupakan apa yang telah disebutkan di depan, yaitu pseudoplasmodium. Pseudoplasmodium yang kecil-kecil berkerumun dan bergabung menjadi pseudoplasmodium yang besar disuatu tempat tertentu.
Bentuk sorokarp berbeda-beda menurut spesiesnya, dan berdasarkan perbedaan itu ordo Acrasiales diklasifikasikan sebagai berikut. Ordo Acrasiales dibagi atas 4 famili, yaitu :
1.      Famili Sappiniaceae dengan sorokarp yang sederhana. Kepala sorokarp berupa gada. Antara tangkai dan kepala tidak tampak batas yang jelas. Genus Sappinia mempunyai 1 spesies.
2.      Famili Guttulinaceae dengan sorokarp berupa bola atau serupa gelembung. Antara tangkai dan kepala tampak batas yang jelas. Sebagai contoh ialah : Guttulina dengan 4 spesies, Guttulinopsis dengan 3 spesies, Acrasis dengan 2 spesies.
3.      Famili Acytosteliaceae dengan sorokarp yang tidak terdiri atas sel. Pada pangkal tangkai terdapat semacam kepingan sebagai landasan. Contoh dari famili ini ialah : Protostelium dengan 1 spesies, Acytostelium dengan 1 spesies.
4.      Famili Dictyosteliaceae dengan sorokarp yang langsing. Tangkai panjang, tunggal atau majemuk, bercabang-cabang lateral atau diujung. Pangkal tangkai serupa kepingan atau serupa bongkol. Kepala sorokarp kecil, serupa bola. Contonya adalah : Dictyostelium dengan 6 spesies, Polysphondylium dengan 2 spesies, dan Coenonia dengan 1 spesies.
2.      Ordo Labyrinthulales
Labyrinthulales adalah ordo kecil terdiri atas organisme-organisme penghuni perairan (terutama laut) maupun darat. Organisme ini boleh dianggap sebagai koloni dari sel-sel yang bentuknya serupa kumparan atau serupa telur. Sel-sel itu tidak berinding, dan tiap sel berinti satu. Sel-sel tersebut terhimpun menjadi satu kelompok oleh benang-benang dari lendir, dan sel-sel dapat bergerak lewat benang-benang tersebut. Benang-benang merupakan suatu jaring-jaring tempat koloni bersemayam.
Kebanyakan Labyrinthulales hidup dilaut sebagai parasit pada bangsa ganggang, misalnya Ulva, atau pada tumbuhan tinggi seperti Zostera, suatu rumput laut. Dari semua spesies yang sudah diketahui hanya Labyrinthula minuta yang sel-selnya berbentuk seperti telur, lainnya mempunyai sel-sel berbentuk kumparan. Dari Labyrinthula algeriensis diketahui, bahwa organisme ini menghasilkan zoospora yang berflagel 2 tak sama panjang. Sel-selnya berinti satu, dalam inti terdapat nukleolus. Sel membelah diri secara mitosis, sedang arahnya transversal. Sejumlah sel berkelompok di suatu tempat tertentu dalam jaring-jaring lendir. Tiap sel membesar dan berubah menjadi sporosit yang mengandung enam, delapan, atau lebih spora. Spora-spora ini berselaput lendir dan berflagel dua. Setelah terlepas dari sporosit, spora tersebut berenang-renang sebentar, lalu menanggalkan flagel serta membelah diri berkali-kali hingga terbentuk satu koloni baru. Selaput spora berkembang menjadi benang-benang lendir.
Sel pada Labyrinthula minuta membelah dua kali berturut-turut, yang pertama secara membujur. Dengan demikian terjadi satu kelompok yang terdiri atas 4 sel. Keempat sel ini kemudian berceraian dan masing-masing membelah diri lagi seperti diuraikan di atas.
Ordo Labyrinthulales terdiri atas 4 genus dengan 11 spesies. Genus yang terkenal ialah Labyrinthula dengan contoh-contohnya Labyrinthula minuta, L. algeriensis, L.vitellina, L. macrocystis. Kebanyakan hidup di laut.
Ordo yang terkenal kedua ialah Labyrinthorhiza. Pada umumnya Labyrinthoriza adalah penghuni air tawar.   
B.       Kelas Plasmodiophoromycetes
Jamur-jamur yang dikelompokkan dalam kelas ini memiliki banyak persamaan dengan jamur Myxomyetes, misalnya talus berupa plasmodium, dan adanya zoospora. Kelas ini hanya terdiri dari satu ordo saja, yaitu ordo Plasmodiophorales, dan ordo ini terdiri dari satu famili saja, yaitu famili Plasmodiophoraceae.
Famili ini terdiri atas 9 genus, yang dibedakan dari yang lainnya berdasarkan sifat spora istirahat. Ke 9 genus itu ialah Plasmodiophora, Spongospora, Sorodiscus, Sorophaera, Ligniera, Etramyxa, Octomyxa, Polymyxa, dan Woromina.
Kebanyakan dari genus-genus ini hidup sebagai parasit pada ganggang Vaucheria, atau pada jamur air Saprolignea, Achlia, dan Pythium. Beberapa spesies hidup sebagai parasit pada tumbuhan berpembuluh yang hidup di air tawar atau didarat seperti kol, kentang, dll.  
Dua spesies, yaitu Plasmodiophora brassiceae dan Spongospora subterranea, dibicarakan disini karena peranannya bagi kesejahteraan manusia. Yang pertama adalah parasit pada Cruciferaae, sedang yang kedua adalah penyebab kudis kentang.
Talus berupa plasmodium yang hidup dalam sel inang. Plasmodium menghasilkan zoosporangium yang mengandung zoospora, atau langsung membagi-bagi diri menjadi spora istirahat berinti satu. Pada beberapa spesies, spora-spora istirahat terhimpunmenjadi suatu bola atau cakram tanpa ada tubuh buah.
Tiap spora istirahat kemudian menghasilkan 1 sel kembara. Baik sel kembara maupun zoospora mempunyai 2 flagel polos yang tidak sama panjangnya. Pembelahan inti dalam fase plasmodium berlangsung menurut suatu cara yang hanya kedapatan pada protozoa. Tiap-tiap inti membelah diri dengan membentuk gelendong, sedikit demi sedikit bercerai kromosom-kromosom dari bidang equator menuju kutub yang berdekatan. Sementara itu, nukleolus membagi diri atas 2 bagian dan bagian-bagian itu bergerak mengikuti gerakan kelompok kromosom yang menuju ke kutub.
Seringkali dikatakan, bahwa pada suatu ketika datang fase tanpa inti (akaryotik). Kemudian, spora istirahat tumbuh menghasilkan 1 sel kembara berinti 1, berflagel 2 tak sama. Kemudian sel kembara masuk kedalam inang dan tumbuh menjadi plasmodium. Pada suatu waktu, plasmodium membagi diri menjadi zoosporangium yang biasanya berinti banyak. Zoosporangium menghasilkan zoospora-zoospora yang haploid.
Ada kalanya plasmodium membagi dirinya menjadi spora istirahat. Bentuk spora istirahat tidak dapat dibedakan dengan zoosporangium kecuali zoosporangium sedang menghasilkan spora.
C.       Kelas Myxomycetes
Berdasarkan ciri-ciri yang khas, maka setengah ahli menyebutnya Mycetozoa (kata Yunani Mykes = Jamur, Zoon = Hewan) dalam siklus hidup organisme-organisme tersebut terdapat tahap atau fase yang serupa dengan kehidupan protozoa, berseling dengan tahap atau fase yang mirip dengan kehidupan jamur biasa.
Setengah ahli yang lain menamakan kelompok organisme ini Myxomycetes (kata Yunani Myxa = lendir, Mykes = jamur) atau jamur lendir, dan pada fase lain tampaknya seperti jamur.
Makanan jamur lendir yaitu bakteri, protozoa, dan mikroorganisme yang lain. Dalam hal ini dapat dikatakan mereka membantu manusia dalam “pembersihan” lingkungan. Di samping itu, jamur lendir berguna sebagai bahan studi protoplasma dan morfogenesis dalam laboratorium.
Jamur lendir hidup bebas, dan dalam fase lendir dapat berpindah-pindah dengan menjulur ke tempat-tempat lain yang mengandung banyak makanan. Dalam siklus hidupnya terdapat fase vegetatif yang diseling dengan fase generatif. Dalam fase vegetatif bentuknya serupa seonggok lendir (protoplasma) tak berdinding, dan menjulur kemana-mana seperti amoeba. Dalam fase generatif bentuknya tetap dan terpaku pada suatu tempat tertentu. Bentuk itu adalah tubuh buah dimana spora-spora kembara dibentuk. Kebanyakan jamur lendir menghasilkan tubuh buah yang cerah warnanya. Tubuh buah itu berdinding (peridium). Fase pembentukan tubuh buah dengan spora itu disebut fase generatif atau fase pembiakan.
Kelas Myxomycetes dibagi menjadi 6 ordo berdasarkan cara pembentukan spora, warna spora, bentuk tubuh buah, dan kadar kapur yang dikandung tubuh buah. Keenam ordo itu ialah Ceratiomyxaes, Liceales, Trichiales, Echinosteliales, Stemonitales, dan Physarales.
1.      Subklas Ceratiomyxomycetidae (Exosporae)
Subklas ini terdiri dari satu ordo, yaitu Ceratiomyxales. Dengan satu famili yaitu Ceratiomyxaceae, dan satu genus yaitu Ceratiomyxa. Dari genus ini dikenal 3 spesies, dan Ceratiomyxa fruticulosa adalah yang paling terkenal. Siklus hidupnya berbeda dengan siklus hidup Myxomycetes yang lainnya. Tubuh buah berwarna putih, banyak bercabang. Spora istirahat terdapat pada permukaan tubu buah yang bercabang-cabang tanpa tertutup oleh peridium, itulah sebabnya ada penamaan Exosporae.
2.      Subklas Myxogastromycetidae (Myxogastres)
Jika keadaan menguntungkan untuk Myxogastres, tiap spora menghasilkan satu sampai empat spora kembara. Spora kembara dapat berfungsi sebagai gamet dan segera mengadakan perkawinan, atau spora kembara dapat kehilangan flagel dulu, lalu mengalami pembelahan diri beberapa kali, dan akhirnya mengadakan perkawinan.
Plasmogami segera diikuti dengan karyogami. Zigot yang semula berflagel dan kemudian kehilangan flagelnya, atau dari semula tidak berflagel sama sekalii, hal ini bergantung kepada gamet yang mengadakan perkawinan. Zigot membesar dibarengi dengan pembelahan inti secara mitotik, dan dengan demikian terbentuklah plasmodium dengan banyak inti yang diploid. Plasmodium dapat juga terbentuk karena persatuan beberapa zigot, dan dalam perkembangannya terus dapat menampung zigot atau plasmodium lainnya.
Pada saat dewasa maka plasmodium mengental dan menjadi tubuh buah. Inti-inti mengadakan meiosis sehingga terbentuklah inti-inti haploid dan kemudian tiap inti haploid terkelilingi oleh sekelumit protoplasma dengan dinding yang tebal. Demikianlah bentuk spora.
Mengenai pembiakan seksual terdapat beberapa cara yang kebenarannya masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Pada Didymium nigribes dan Physarum gyrosum pembiakan seksual oleh sel-sel berflagel maupun oleh sel-sel tak berflagel. Pada Stemonitis fusca pembiakan seksual dilakukan oleh sel berflagel dalam amorba lendir. Amoeba lendir masuk kedalamsel berflagel dengan demikian terjadilah zigot berflagel. Persatuan antara 2 sel kembala berlangsung dengan perpaduan ujung yang tidak berflagel itu kemudian lenyap, dan akhirnya zigot menjadi amoeba lendir.
Segera setelah kapilitium terbentuk maka mulailah pembentukan spora. Inti-inti yang diploid membelah diri secara meiosis, kemudian inti haploid mengelilingi dir dengan sedikit protoplasma disertai dengan dinding. Spora-spora tersebut berada di sela-sela kapilitium tetapi tak ada hubungan dengannya. Jika peridium melenyap, barulah spora-spora dapat keluar, dibantu dengan pengembangan kapilitium.
a.)    Ordo Liceales
Pada Liceales tidak ada kapilitium, tetapi mungkin ada atau tidak ada benang-benang yang serupa itu. Martin (1949) membagi ordo ini atas tiga famili dengan sepuluh genus yang mencakup 43 spesies. Yang biasanya mudah diperoleh dimana-mana yaitu : Lycogala epidendrum, Tubifera ferruginosa, dan Dictydium cancellatum.
b.)    Ordo Trichiales
Tubuh buah Trichiales mempunyai banyak kapilitium, jauh berbeda dengan tubuh buah Liceales. Sporanya berwarna muda. Trichiales terdapat dimana-mana, terutama pada kayu-kayuan yang sudah mati.
Hemitrichia, Trichia, dan Arcyria terdapat di daerah sub-tropik di musim semi sampai musim gugur. Hemitrichia clavata terdapat pada kayu-kayuan yang telah mati. Dari genus trichia  banyak dikenal Trichia scabra, Trichia persimilis, Trichia varia. Dari genus Arcyria banyak ditemukan Arcyri incarnata, Arcyria nutans, dan Arcyria cinerea.
c.)    Ordo Echinosteliales
Spora ada yang tidak berwarna, ada juga yang berwarna agak jingga atau kuning keemasan. Dinding spora tidak halus rata, melainkan ada penebalan-penebalan yang tidak teratur. Peridium mengalami disintegrasi pada waktu tubuh buah masih muda, sehingga sporangium-sporangium yang dewasa tidak terkurung dalam peridium lagi.
Dua spesies tidak mempunyai kapilitium, satu spesies mempunyai kapilitium yang kerdil, sedang satu spesies lagi kapilitiumnya merupakan jaring-jaring. Tiga diantara keempat spesies dapat menghasilkan plasmodium jika dipiara dalam medium buatan dan semuanya berbentuk protoplasma. Salah satu contoh spesiesnya yaitu Achinostelium minutum.
d.)   Ordo Stemonitales
Di Amerik Utara terdapat 3 famili dengan 12 genus yang mencakup 64 spesies. Peridium maupun kapilitium tidak berkapur, akan tetapi tangkai tubuh buah mungkin dapat mengandung kapur. Biasanya banak kapilitium serupa benang dan berwarna abu-abu tua.
Stemonitis fusca, Stemonitis splendens, dan Stemonitis axifera yang biasanya sering ditemui. Dari genus Comatricha nigra, Comatricha typhoides-lah yang paling dikenal. Comatricha laxa, Comatricha elegans, dan Comatricha cornea adalah yang biasa terdapat pada kulit pohon yang sudah mati. Lamproderma arcyriodes mempunyai peridium yang berwarna biru keemasan.
e.)    Ordo Physarales
Ordo ini mencakup Myxogastres yang tubuh buahnya mengandung banyak kapur. Ordo ini terdiri atas dua famili dengan 12 genus yang mencakup banyak spesies. Dari genus Physarumi dikenal 68 spesies. Physarum viride, Physarum leucophaeum, dan Physarum leucopodium dikenal dimana-mana. Physarum nicaraguense adalah penghuni daerah tropik. Tipe genus yang terkenal juga ialah Badhamia, Diderma, dan Didymium.
B.       Susunan Tubuh Myxomycota
Pada Pseudomyxomycetes tubuh buahnya (sorokarp) beberapa jenis tertentu bentuknya sederhana. Terdiri atas satu tangkai yang membawa satu kelompok spora diujungnya. Pada beberapa jenis yang lain ujungnya bercabang.
Tubuh jamur lendir berupa plasmodium yang merayap secara amoeboid pada substrat. Plasmodium adalah gumpalan plasma dengan banyak inti yang dibatasi oleh membran. Pada jenis tertentu berwarna kuning, jingga merah, warna tersebut umumnya disebabkan oleh pigmen yang dihasilkan oleh plasmodium.
Protoplasma pada plasmodium dapat dibedakan menjadi dua zona. Zona terluar lebih kokoh dan mengandung sedikit cairan disebut ektoplasma. Protoplasma bagian dalam mempunyai lebih banyak cairan, berinti disebut endoplasma.

C.      Susunan Sel Myxomycota
Pada jamur lendir tidak memiliki dinding sel, sel hanya dibatasi oleh membran plasma.
Alat gerak ada dua macam :
a.       Pseudopodia : apabila dalam bentuk miksamuba
b.      Flagela : tipe heterokon dibentuk pada sel kelamin

D.      Reproduksi Myxomycota
a.       Vegetatif : membelah diri dan fragmentasi
b.      Sporik : selalu dalam keadaan haploid dan dibentuk oleh tubuh buah atau langsung oleh plasmodium dewasa.
c.       Gametik : Pada dasarnya merupakan tipe isogami-zoogami. Gamet pada cara pembiakan ini adalah miksamuba dan sel kembara.



















BAB 3
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ciri – ciri umum yaitu :  tidak punya kloroplas, merupakan predator fagosit, dapat menelan bakteri, hama, spora dan komponen organic, reproduksi : aseksual (membelah diri) dan seksual (penyatuan 2 inti , membelah mitosis berulang, plasmodium berinti banyak), menghasilkan lendir saat lingkungan kurang menguntungkan.
Klasifikasi dari lumut sub-divisi Myxomycotina yaitu memiliki 3 kelas. Kelas Pseudomyxomycetes, Kelas Plasmodiophoromycetes, dan Kelas Myxomycetes. Dan terdiri dari 8 ordo total.
Manfaat dari jamur Myxomycotina yaitu memakan bakteri, protozoa, dan organisme lainnya, dengan kata lain dapat membantu manusia dalam pembersihan lingkungan. Di samping itu, jamur lendir berguna sebagai bahan studi tentang protoplasma dan morfonenesis dalam laboratorium. Bagi penggemar jamur lendir, warna dan bentuk tubuh buah yang dimiliki oleh jamur lendir dianggapnya sangatlah menarik.


















DAFTAR RUJUKAN

ü  Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Mikologi. Bandung : Penerbit Alumni















2 komentar :

jangan lupa comment ya teman-teman.. :D