pengamatan mandiri herbarium malangensis

Jumat, 19 April 2013

pengamatan mandiri herbarium malangensis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan. Tumbuhan di Indonesia sangat beragam, sehingga perlu diadakan pengamatan lebih lanjut untuk mengetahui tumbuhan yang berpotensi untuk dimanfaatkan dan dilestarikan. Pengamatan ini dilakukan dengan membandingkan ciri morfologi dari kelompok tumbuhan monokotil maupun dikotil.


Selain itu, pengamatan juga dilakukan dengan menganalisis cirri-ciri morfologi  yang dibandingkan dan direkam pada tabel pengamatan, untuk menentukan ciri-ciri morfologi dari suatu jenjang taksonomi. Sehingga, kita dapat menentukan perbedaan ciri-ciri dari kelompok tumbuhan pada jenjang taksonomi yang tinggi dengan kelompok tumbuhan pada jenjang taksonomi yang rendah.
Tujuan dari pengamatan ini selanjutnya diharapkan dapat menyusun kunci determinasi dari kelompok tumbuhan yang diamati. Serta menyusun klasifikasi dari kelompok tumbuhan yang diamati.
Pengamatan ini dilakukan di daerah Malang, Jawa Timur, dengan mengambil 5 sampel tanaman, bagian akar, batang, daun, bunga (jika ada), dan buah (jika ada). Kemudian tanaman ini diamati dan dibuat herbariumnya. Setelah itu mengisi hasil pengamatan pada data pengamatan, kemudian diolah pada bab pembahasan.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyusun makalah pengamatan dengan judul “Pengamatan mandiri Herbarium Malangensis”. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi orang yang membaca makalah ini.

1.2              Rumusan Masalah
1.      Apa sajakah tanaman yang umumnya berada di Malang dan bagaimanakah morfologi dari masing-masing tanaman tersebut?
2.      Apa nama tanaman yang menjadi tanaman khas kota Malang?

1.3              Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui bermacam tanaman yang banyak ditemukan di daerah Malang serta ciri morfologi dari masing-masing tanaman tersebut.
2.       Mengetahui tanaman yang menjadi tanaman khas kota Malang.




BAB II
DATA PENGAMATAN









BAB III
PEMBAHASAN

3.1       Mangga (Mangifera indica L.)
            Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski kebanyakan mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak, bercabang agak kuat; dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna pepagan (kulit batang) yang sudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam.
Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, sangat panjang hingga bisa mencapai 6 m. Akar cabang makin ke bawah semakin sedikit, paling banyak akar cabang pada kedalaman lebih kurang 30-60 cm.
Daun tunggal, dengan letak tersebar, tanpa daun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya. Aturan letak daun pada batang biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran (roset).
Helai daun bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2-10 × 8-40 cm, agak liat seperti kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip dengan tepi daun bergelombang dan ujung meluncip, dengan 12-30 tulang daun sekunder. Beberapa variasi bentuk daun mangga:
  • Lonjong dan ujungnya seperti mata tombak.
  • Berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata tombak.
  • Berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing.
  • Berbentuk segi empat, ujungnya membulat.
Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan, keunguan atau kekuningan; yang di kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau lebih.
Bunga berumah satu (monoecious), bunga mangga merupakan bunga majemuk yang berkarang dalam malai bercabang banyak di ujung ranting. Karangan bunga biasanya berbulu, tetapi sebagian ada juga yang gundul, kuning kehijauan, sampai 40 cm panjangnya. Bunga majemuk ini terdiri dari sumbu utama yang mempunyai banyak cabang utama. Setiap cabang utama ini mempunyai banyak cabang-cabang, yakni cabang kedua. Ada kemungkinan cabang bunga kedua ini mempunyai suatu kelompok yang terdiri dari 3 bunga atau mempunyai cabang tiga. Setiap kelompok tiga bunga terdiri dari tiga kuntum bunga dan setiap kuntum bertangkai pendek dengan daun kecil. Jumlah bunga pada setiap bunga majemuk bisa mencapai 1000-6000.
Bunga-bunga dalam karangan berkelamin campuran, ada yang jantan dan ada pula yang hermafrodit (berkelamin dua). Besarnya bunga lebih kurang 6-8 mm. Bunga jantan lebih banyak daripada bunga hermafrodit, dan jumlah bunga hermafrodit inilah yang menentukan terbentuknya buah. Persentase bunga hermafrodit bermacam-macam, tergantung dari varietasnya, yaitu antara 1,25%-77,9%; sementara yang mempunyai bakal buah normal kira-kira 5-10%.
Bunga mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai panjang, dan berbau harum. Kelopak bunga biasanya bertaju 5; demikian juga mahkota bunga terdiri dari 5 daun bunga, tetapi kadang-kadang ada yang 4 sampai 8. Warnanya kuning pucat, sedangkan pada bagian tengah terdapat garis timbul berjumlah 3 sampai 5 yang warnanya sedikit tua. Bagian tepi daun mahkota berwarna putih. Pada waktu akan layu, warna mahkota bunga tadi menjadi kemerahan.
Benang sari berjumlah 5 buah, tetapi yang subur hanya satu atau dua buah sedangkan yang lainnya steril. Benang sari yang subur biasanya hampir sama panjang dengan putik, yakni kira-kira 2 mm, sedangkan yang steril lebih pendek. Kepala putik berwarna kemerah-merahan dan akan berubah warna menjadi ungu pada waktu kepala sari membuka untuk memberi kesempatan kepada tepung sari yang telah dewasa untuk menyerbuki kepala putik. Bentuk tepung sari biasanya bulat panjang, lebih kurang 20-35 mikron.
Bakal buahnya tidak bertangkai dan terdapat dalam suatu ruangan, serta terletak pada suatu piringan. Tangkai putik mulai dari tepi bakal buah dan ujungnya terdapat kepala putik yang bentuknya sederhana. Dalam suatu bunga kadang-kadang terdapat tiga bakal buah.
3.2       Belimbing (Averrhoa carambola)
           
            Belimbing Manis (Averrhoa carambola) tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 6 - 9 m. Batang berkayu (lignosus), berbentuk silindris, tumbuh tegak, berwarna coklat tua, kulit kayu tipis, permukaan kasar. Percabangan banyak, arah cabang miring ke atas dan mendatar sehingga membentuk pohon yang rindang. Daun majemuk, bertangkai panjang, warna hijau tua, bentuk bulat telur, panjang 4 - 6 cm, lebar 3 - 4 cm, helaian daun tipis tegar, ujung meruncing (acuminatus), pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, susunan pertulangan menyirip (pinnate), tidak memiliki daun penumpu, permukaan atas dan bawah halus.
            Bunga majemuk, kelopak berbentuk bintang (stellatus), mahkota berwarna merah jingga, panjang mahkota ± 8 mm, daun mahkota berlekatan (gamopetalus). Buah berlekuk 5 menyerupai bintang, panjang 10 - 12 cm, buah muda berwarna hijau - setelah tua menjadi kuning, bentuk biji pipih - berwarna coklat tua, berbuah setelah berumur 2 - 5 tahun. Akar tunggang. Perbanyakan secara generatif (biji).
            Belimbing adalah tumbuhan penghasil buah berbentuk khas yang berasal dari Indonesia, India, dan Sri Langka. Saat ini, belimbing telah tersebar ke penjuru Asia Tenggara, Republik Dominika, Brasil, Peru, Ghana, Guyana, Tonga, dan Polinesia. Usaha penanaman secara komersial dilakukan di Amerika Serikat, yaitu di Florida Selatan dan Hawaii. Di Indonesia, buah ini menjadi ikon kota Depok, Jawa Barat, sejak tahun 2007.
            Buah belimbing berwarna kuning kehijauan. Saat baru tumbuh, buahnya berwarna hijau. Jika dipotong, buah ini mempunyai penampang yang berbentuk bintang. Berbiji kecil dan berwarna coklat. Buah ini renyah saat dimakan, rasanya manis dan sedikit asam. Buah ini mengandung banyak vitamin C.
3.3       Anggur (Vitis vinifera)
            Tumbuhan berbentuk semak, berumur panjang (perenial), panjang +/- 8 m. Akar tunggang. Batang berkayu, silindris, menjalar, warna hijau kecoklatan, permukaan halus. Daun tunggal, tersusun berseling (alternate), warna hijau, bentuk bundar hingga jorong, panjang 10 - 16 cm, lebar 8 - 14 cm, helaian daun tipis tegar, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi bergigi runcing (dentatus), permukaan berbulu (villosus). Bunga majemuk, bentuk malai (panicula), muncul di ketiak daun (axillaris), kelopak berbentuk mangkuk (urceolatus) - berwarna hijau, daun mahkota berlekatan (gamopetalus). Buah buni (bacca), bulat atau lonjong, panjang 2 - 3 cm, warna hijau, ungu, atau hitam, bentuk biji lonjong - berwarna cokelat muda. Perbanyaan generatif (biji) atau vegetatif (stek).
Akar tunggang, putih kotor dengan banyak serabut-serabut akar. Vitis vinifera termasuk tanaman yang memiliki batang yang jelas. batangnya berkayu dan dia termasuk semak. batang Vitis vinifera berbentuk bulat dengan arah tumbuh ke arah cahaya matahari, dimana pertumbuhannya membutuhkan alat penunjang yaitu cabang pembelit. Daun Vitis vinifera termasuk daun tunggal. bangun daunnya melebar di tengah-tengah daun yaitu berbentuk jorong(Ovalis) dengan panjang 10 cm-16 cm dan lebar 5 cm-8 cm. ujung daunnya runcing dengan pangkal daun tidak bertemu, terpisah oleh pangkal ibu tulang daun dan berbentuk emarginatus.Tepi daunnya mempengaruhi bentuk daun yaitu bertepi daun berlekuk menjari.Susunan tulang daun menjari. daun berwarna hijau dengan permukaan daun berambut.
            Bunga Vitis vinifera termasuk bunga majemuk tidak berbatas yang berbentuk malai, bersifat polisimetrisdengan tajuk bunga beraturan membentuk mangkuk. warna mahkotanya adalah hijau.Buah Vitis vinivera alah buah sejati tunggal yang berdaging. bentuknya hampir bulat dengan permukaan epikarpiumnya di lapisi tepung.Biji buah Vitis Vinifera berbentuk lonjong berwarna coklat muda.






3.4       Kersen / Ceri (Muntingia calabura L.)
Kersen atau talok (Muntingia calabura L.) adalah sejenis pohon sekaligus buahnya yang kecil dan manis berwarna merah cerah. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini juga dinamai ceri (untuk ceri yang sebenarnya, lihat artikel ceri).
Di Lumajang, anak-anak menyebutnya baleci. Nama-nama lainnya di beberapa negara adalah datiles, aratiles, manzanitas (Filipina); mât sâm (Vietnam); khoom sômz, takhôb (Laos); takhop farang (Thailand); krâkhôb barang (Kamboja); dan kerukup siam (Malaysia).
Juga dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, nigua, niguito (bahasa Spanyol); Jamaican cherry, Panama berry, dan Singapore cherry (Inggris). Orang Belanda dulu menyebutnya Japanse kers ("ceri jepang"), yang lalu dari sini diambil menjadi kersen dalam bahasa Indonesia atau ada yang menyebutnya ceri.
Perdu atau pohon, tinggi sampai 12 m, meski umumnya hanya sekitar 3-6 m saja. Hijau abadi dan terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Cabang-cabang mendatar, menggantung di ujungnya; membentuk naungan yang rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan rambut kelenjar; demikian pula daunnya.
Daun-daun terletak mendatar, berseling; helaian daun tidak simetris, bundar telur lanset, tepinya bergerigi dan berujung runcing, 1-4 × 4-14 cm, sisi bawah berambut kelabu rapat; bertangkai pendek. Daun penumpu yang sebelah meruncing bentuk benang, lk. 0,5 cm, agak lama lalu mengering dan rontok, sementara sebelah lagi rudimenter.
Bunga dalam berkas, berisi 1-3 kuntum, terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun; bertangkai panjang; berkelamin dua dan berbilangan 5; kelopak berbagi dalam, taju meruncing bentuk benang, berambut halus; mahkota bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis, gundul, lk. 1 cm. Benang sari berjumlah banyak, 10 sampai lebih dari 100 helai. Bunga yang mekar menonjol keluar, ke atas helai-helai daun; namun setelah menjadi buah menggantung ke bawah, tersembunyi di bawah helai daun. Umumnya hanya satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap berkasnya.
Buah buni bertangkai panjang, bulat hampir sempurna, diameter 1-1,5 cm, hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak, bermahkota sisa tangkai putik yang tidak rontok serupa bintang hitam bersudut lima. Berisi beberapa ribu biji yang kecil-kecil, halus, putih kekuningan; terbenam dalam daging dan sari buah yang manis sekali.
Selain itu, buah kersen juga dapat digunakan untuk obat penyakit asam urat, diabetes, dan masih banyak lagi. Buah kersen disukai terutama oleh anak-anak, burung dan codot. Anak-anak sekolah sering memanjat pohonnya, meninggalkan bekas-bekas berupa ranting yang berpatahan dan kulit batang yang terkelupas. Buah ini juga dapat dijadikan selai. Di Meksiko, buah kersen dijual di pasar.Pohon kersen di Indonesia mudah dijumpai. Biasanya pohon ini dijadikan tempat teduh bagi tukang becak di Indonesia.
Kayu kersen lunak dan mudah kering, sangat berguna sebagai kayu bakar. Kulit kayunya yang mudah dikupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut. Daunnya dapat dijadikan semacam teh.
Burung-burung pemakan buah, seperti kelompok merbah dan burung cabe, sering mengunjungi pohon ini di waktu siang untuk memakan buah atau sari buahnya yang manis. Di waktu hari gelap, berganti aneka jenis kelelawar pemakan buah yang datang dengan tujuan yang sama. Biji kersen tidak tercerna oleh burung dan codot, karena itu kedua kelompok hewan ini sekaligus berfungsi sebagai pemencar bijinya.
Pohon kersen khususnya berguna sebagai pohon peneduh di pinggir jalan. Pohon kecil ini awalnya sering tumbuh sebagai semai liar di tepi jalan, selokan, atau muncul di tengah retakan tembok lantai atau pagar, dan akhirnya tumbuh dengan cepat –biasanya dibiarkan saja– membesar sebagai pohon naungan. Sebab itulah pohon kersen acapkali ditemukan di wilayah perkotaan yang ramai dan padat, di tepi trotoar dan lahan parkir, di tepi sungai yang tidak terurus atau di tempat-tempat yang biasa kering berkepanjangan.
            Karena sifat-sifat dan daya tahannya itu, kersen menjadi salah satu tumbuhan pionir yang paling banyak dijumpai di wilayah hunian manusia di daerah tropis. Berasal dari Amerika tropis (Meksiko selatan, Karibia, Amerika Tengah sampai ke Peru dan Bolivia), kersen dibawa masuk ke Filipina pada akhir abad-19, dan lalu dengan cepat menyebar di seluruh wilayah tropis Asia Tenggara.
3.5       Pare / Peria (Momordica charantia)
            Peria adalah sejenis tumbuhan merambat dengan buah yang panjang dan runcing pada ujungnya serta permukaan bergerigi. Peria tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar.
                Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat dengan sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak serta batangnya berusuk isma. Daun tunggal, bertangkai dan letaknya berseling, berbentuk bulat panjang, dengan panjang 3,5 - 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkalnya berbentuk jantung, serta warnanya hijau tua. Bunga merupakan bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, mahkotanya berwarna kuning. Buahnya bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit, warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan tiga daun buah.
            Di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, Korea, dan Cina, peria dimanfaatkan untuk pengobatan, antara lain sebagai obat gangguan pencernaan, minuman penambah semangat, obat pencahar dan perangsang muntah, bahkan telah diekstrak dan dikemas dalam kapsul sebagai obat herbal/jamu. Buahnya mengandung albuminoid, karbohidrat, dan pigmen. Daunnya mengandung momordisina, momordina, carantina, resin, dan minyak. Sementara itu, akarnya mengandung asam momordial dan asam oleanolat, sedangkan bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Peria juga dapat merangsang nafsu makan,menyembuhkan penyakit kuning,memperlancar pencernaan, dan sebagai obat malaria. Selain itu, peria juga mengandung beta-karotena dua kali lebih besar daripada brokoli sehingga berpotensi mampu mencegah timbulnya penyakit kanker dan mengurangi risiko terkena serangan jantung ataupun infeksi virus.
                 Daun peria juga bermanfaat untuk menyembuhkan mencret pada bayi, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, menurunkan demam, mengeluarkan cacing kremi, serta dapat menyembuhkan batuk. Buahnya yang berasa pahit biasa diolah sebagai sayur, misalnya pada gado-gado, pecel, rendang, atau gulai. Di Cina peria diolah dengan tausi, tauco, daging sapi, dan cabai sehingga rasanya makin enak atau diisi dengan adonan daging dan tofu, sedangkan di Jepang peria jadi primadona makanan sehat karena diolah menjadi sup, tempura, atau asinan sayuran.
            Ekstrak biji peria selain digunakan sebagai bahan obat, ternyata juga dapat digunakan sebagai pembasmi larva alami yang merugikan seperti larva Aedes aegypti yang menyebarkan penyakit demam berdarah dengue atau DBD.


BAB IV
PENUTUP

4.1       Kesimpulan
            Tanaman yang sering kita jumpai di kota Malang adalah pohon Mangga, pohon Belimbing, Anggur, Pohon Kersen, dan Pare atau Peria. Tanaman khas yang terdapat di kota Malang adalah Mangga, karena tanaman ini sering kita jumpai di Malang. 
            Morfologi pohon mangga yaitu pohon berakar tunggang, permukaan batang beralur, model arsitektur Scarrone, f.sparsa, daun tunggal, ujung meruncing, pangkal membulat, tepi rata, tipe perbungaan panicula, Fl. Hermaprodit, keadaan bunga siklis, aestivatio aperta, andresium staminodium, plasenta parakarp, buah sejati tunggal, buah batu.
            Morfologi pohon belimbing yaitu pohon berakar tunggang, permukaan batang beralur, model arsitektur Troll, f.sparsa, daun majemuk menyirip gasal, ujung meruncing, pangkal membulat, tepi rata, tipe perbungaan amentum, Fl. incompletus, keadaan bunga siklis, aestivatio aperta, andresium obdiplostemon, plasenta apokarp, buah sejati tunggal, buah buni.
Morfologi tanaman anggur yaitu : semak berakar tunggang, permukaan batang pilosus,  menjalar, model arsitektur troll, f.sparsa, daun tunggal, daun penumpu melekat pada tangkai, ujung meruncing, pangkal bertakik, tepi bergerigi ganda, tipe perbungaan panicula, Fl. completus, keadaan bunga siklis, aestivatio aperta, andresium epipetal, plasenta sentralis, buah sejati majemuk, buah buni majemuk.
Morfologi pohon kersen yaitu pohon berakar tunggang, permukaan batang berusuk, model arsitektur Roux, f.sparsa, daun tunggal, daun penumpu pada sebagian pangkal daun, ujung runcing, pangkal tak setangkup, tepi bergerigi ganda, fl. sparsi, Fl. Hermaprodit/completus, keadaan bunga siklis, aestivation aperta, andresium obdiplostemon, plasenta multiocularis, buah sejati tunggal, buah buni.
Morfologi tanaman anggur yaitu semak tipe pemanjat, berakar tunggang, permukaan batang beralur dan pilosus, model arsitektur Troll, f.sparsa, mempunyai sulur dan stipula, daun tunggal, ujung rompang, pangkal berlekuk, tepi bergerigi, fl. sparsi, Fl. Hermaprodit / completus, keadaan bunga siklis, aestivation aperta, andresium staminodium, plasenta senokarp-parakarp, buah sejati tunggal, buah kering, pecah, berbentuk kapsul.
4.2       Saran
         Diharapkan dengan penelitian mandiri ini penulis dapat lebih menguasai mata kuliah morfologi tumbuhan karena bertambahnya ilmu pengetahuan dengan mencandra tanaman secara mandiri dan mengetahui keanekaragaman tumbuhan yang ada di Malang. Sehingga kita dapat merasakan keagungan dan kebesaran Sang Pencipta kita yaitu Allah SWT.













DAFTAR PUSTAKA
Lawrence, G. H. 1991. Taxonomy of Vascular Plat. New York : MacMillan Publishing Co, Inc
Samingan, T. 1985. Dendrologi. Jakarta : Gramedia
Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. Jakarta : Pradnya Paramita
Bompard J.M., R. J. Schnell. 1997. Taxonomy and Systematics. In: Litz R (Ed) The Mango, CAB International, New York, USA, pp 21-47.

0 komentar :

Posting Komentar

jangan lupa comment ya teman-teman.. :D