pengamatan mandiri herbarium malangensis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya
dengan tumbuhan. Tumbuhan di Indonesia sangat
beragam, sehingga perlu diadakan pengamatan lebih lanjut untuk mengetahui
tumbuhan yang berpotensi untuk dimanfaatkan dan dilestarikan. Pengamatan ini
dilakukan dengan membandingkan ciri morfologi dari kelompok tumbuhan monokotil
maupun dikotil.
Selain itu, pengamatan juga dilakukan dengan menganalisis cirri-ciri
morfologi yang dibandingkan dan direkam
pada tabel pengamatan, untuk menentukan ciri-ciri morfologi dari suatu jenjang
taksonomi. Sehingga, kita dapat menentukan perbedaan ciri-ciri dari kelompok
tumbuhan pada jenjang taksonomi yang tinggi dengan kelompok tumbuhan pada
jenjang taksonomi yang rendah.
Tujuan dari pengamatan ini selanjutnya diharapkan dapat menyusun kunci
determinasi dari kelompok tumbuhan yang diamati. Serta menyusun klasifikasi
dari kelompok tumbuhan yang diamati.
Pengamatan ini dilakukan di daerah Malang, Jawa Timur, dengan mengambil 5
sampel tanaman, bagian akar, batang, daun, bunga (jika ada), dan buah (jika
ada). Kemudian tanaman ini diamati dan dibuat herbariumnya. Setelah itu mengisi
hasil pengamatan pada data pengamatan, kemudian diolah pada bab pembahasan.
Berdasarkan uraian di atas penulis menyusun makalah pengamatan dengan judul
“Pengamatan mandiri Herbarium
Malangensis”. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan bagi orang yang membaca makalah ini.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa sajakah tanaman yang
umumnya berada di Malang dan bagaimanakah morfologi dari masing-masing tanaman
tersebut?
2.
Apa nama tanaman yang menjadi
tanaman khas kota Malang?
1.3
Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui bermacam tanaman
yang banyak ditemukan di daerah Malang serta ciri morfologi dari masing-masing
tanaman tersebut.
2.
Mengetahui tanaman yang
menjadi tanaman khas kota Malang.
BAB II
DATA PENGAMATAN
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mangga
(Mangifera indica L.)
Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski
kebanyakan mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga
tegak, bercabang agak kuat; dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah
berbentuk kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit
batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas
tangkai daun. Warna pepagan (kulit batang) yang sudah tua biasanya coklat
keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam.
Mangga
berakar tunggang yang bercabang-cabang, sangat panjang hingga bisa mencapai 6
m. Akar cabang makin ke bawah semakin sedikit, paling banyak akar cabang pada
kedalaman lebih kurang 30-60 cm.
Daun
tunggal, dengan letak tersebar, tanpa daun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya
membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya. Aturan letak daun pada batang
biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga
nampaknya seperti dalam lingkaran (roset).
Helai daun
bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2-10 × 8-40 cm,
agak liat seperti kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip dengan tepi
daun bergelombang dan ujung meluncip, dengan 12-30 tulang daun sekunder.
Beberapa variasi bentuk daun mangga:
- Lonjong dan ujungnya seperti mata tombak.
- Berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata tombak.
- Berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing.
- Berbentuk segi empat, ujungnya membulat.
Daun yang
masih muda biasanya bewarna kemerahan, keunguan atau kekuningan; yang di
kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau
mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa
mencapai 1 tahun atau lebih.
Bunga berumah satu (monoecious), bunga mangga
merupakan bunga majemuk yang berkarang dalam malai bercabang banyak di ujung ranting. Karangan bunga biasanya berbulu, tetapi
sebagian ada juga yang gundul, kuning kehijauan, sampai 40 cm panjangnya. Bunga
majemuk ini terdiri dari sumbu utama yang mempunyai banyak cabang utama. Setiap
cabang utama ini mempunyai banyak cabang-cabang, yakni cabang kedua. Ada
kemungkinan cabang bunga kedua ini mempunyai suatu kelompok yang terdiri dari 3
bunga atau mempunyai cabang tiga. Setiap kelompok tiga bunga terdiri dari tiga
kuntum bunga dan setiap kuntum bertangkai pendek dengan daun kecil. Jumlah
bunga pada setiap bunga majemuk bisa mencapai 1000-6000.
Bunga-bunga
dalam karangan berkelamin campuran, ada yang jantan dan ada pula yang hermafrodit (berkelamin dua). Besarnya bunga lebih kurang 6-8 mm. Bunga jantan lebih
banyak daripada bunga hermafrodit, dan jumlah bunga hermafrodit inilah yang
menentukan terbentuknya buah. Persentase bunga hermafrodit bermacam-macam,
tergantung dari varietasnya, yaitu antara 1,25%-77,9%; sementara yang mempunyai
bakal buah normal kira-kira 5-10%.
Bunga mangga
biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai panjang, dan berbau
harum. Kelopak bunga biasanya bertaju 5; demikian juga mahkota bunga terdiri
dari 5 daun bunga, tetapi kadang-kadang ada yang 4 sampai 8. Warnanya kuning
pucat, sedangkan pada bagian tengah terdapat garis timbul berjumlah 3 sampai 5
yang warnanya sedikit tua. Bagian tepi daun mahkota berwarna putih. Pada waktu
akan layu, warna mahkota bunga tadi menjadi kemerahan.
Benang sari berjumlah 5 buah, tetapi yang subur hanya satu atau dua buah sedangkan
yang lainnya steril. Benang sari yang subur biasanya hampir sama panjang dengan
putik, yakni
kira-kira 2 mm, sedangkan yang steril lebih pendek. Kepala putik berwarna
kemerah-merahan dan akan berubah warna menjadi ungu pada waktu kepala sari
membuka untuk memberi kesempatan kepada tepung
sari yang telah dewasa untuk
menyerbuki kepala putik. Bentuk tepung sari biasanya bulat panjang, lebih
kurang 20-35 mikron.
Bakal
buahnya tidak bertangkai dan terdapat dalam suatu ruangan, serta terletak pada
suatu piringan. Tangkai putik mulai dari tepi bakal buah dan ujungnya terdapat
kepala putik yang bentuknya sederhana. Dalam suatu bunga kadang-kadang terdapat
tiga bakal buah.
3.2 Belimbing
(Averrhoa carambola)
Belimbing
Manis (Averrhoa carambola) tumbuh
dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 6 - 9 m. Batang
berkayu (lignosus), berbentuk silindris, tumbuh tegak, berwarna coklat tua,
kulit kayu tipis, permukaan kasar. Percabangan banyak, arah cabang miring ke
atas dan mendatar sehingga membentuk pohon yang rindang. Daun majemuk,
bertangkai panjang, warna hijau tua, bentuk bulat telur, panjang 4 - 6 cm,
lebar 3 - 4 cm, helaian daun tipis tegar, ujung meruncing (acuminatus), pangkal
tumpul (obtusus), tepi rata, susunan pertulangan menyirip (pinnate), tidak
memiliki daun penumpu, permukaan atas dan bawah halus.
Bunga
majemuk, kelopak berbentuk bintang (stellatus), mahkota berwarna merah jingga,
panjang mahkota ± 8 mm, daun mahkota berlekatan (gamopetalus). Buah berlekuk 5
menyerupai bintang, panjang 10 - 12 cm, buah muda berwarna hijau - setelah tua
menjadi kuning, bentuk biji pipih - berwarna coklat tua, berbuah setelah
berumur 2 - 5 tahun. Akar tunggang. Perbanyakan secara generatif (biji).
Belimbing adalah tumbuhan penghasil buah berbentuk khas yang
berasal dari Indonesia,
India, dan Sri Langka.
Saat ini, belimbing telah tersebar ke penjuru Asia
Tenggara, Republik Dominika, Brasil, Peru, Ghana, Guyana, Tonga, dan Polinesia.
Usaha penanaman secara komersial dilakukan di Amerika
Serikat, yaitu di Florida Selatan dan Hawaii. Di
Indonesia, buah ini menjadi ikon kota Depok,
Jawa Barat, sejak tahun 2007.
Buah
belimbing berwarna kuning kehijauan. Saat baru tumbuh, buahnya berwarna hijau. Jika
dipotong, buah ini mempunyai penampang yang berbentuk bintang. Berbiji kecil dan berwarna
coklat. Buah ini renyah saat dimakan, rasanya manis dan sedikit asam. Buah ini
mengandung banyak vitamin C.
3.3 Anggur
(Vitis vinifera)
Tumbuhan
berbentuk semak, berumur panjang (perenial), panjang +/- 8 m. Akar tunggang.
Batang berkayu, silindris, menjalar, warna hijau kecoklatan, permukaan halus.
Daun tunggal, tersusun berseling (alternate), warna hijau, bentuk bundar hingga
jorong, panjang 10 - 16 cm, lebar 8 - 14 cm, helaian daun tipis tegar, pangkal
berlekuk (emerginatus), tepi bergigi runcing (dentatus), permukaan berbulu
(villosus). Bunga majemuk, bentuk malai (panicula), muncul di ketiak daun (axillaris),
kelopak berbentuk mangkuk (urceolatus) - berwarna hijau, daun mahkota
berlekatan (gamopetalus). Buah buni (bacca), bulat atau lonjong, panjang 2 - 3
cm, warna hijau, ungu, atau hitam, bentuk biji lonjong - berwarna cokelat muda.
Perbanyaan generatif (biji) atau vegetatif (stek).
Akar
tunggang, putih kotor dengan banyak serabut-serabut akar. Vitis
vinifera termasuk tanaman yang memiliki batang yang jelas. batangnya berkayu dan dia
termasuk semak. batang Vitis vinifera berbentuk bulat dengan arah tumbuh ke
arah cahaya matahari, dimana pertumbuhannya membutuhkan alat penunjang yaitu
cabang pembelit. Daun Vitis vinifera termasuk
daun tunggal. bangun daunnya melebar di tengah-tengah daun yaitu berbentuk
jorong(Ovalis) dengan panjang 10 cm-16 cm dan lebar 5 cm-8 cm. ujung
daunnya runcing dengan pangkal daun tidak bertemu, terpisah oleh pangkal ibu
tulang daun dan berbentuk emarginatus.Tepi daunnya mempengaruhi bentuk
daun yaitu bertepi daun berlekuk menjari.Susunan tulang daun menjari. daun
berwarna hijau dengan permukaan daun berambut.
Bunga Vitis vinifera termasuk
bunga majemuk tidak berbatas yang berbentuk malai, bersifat polisimetrisdengan
tajuk bunga beraturan membentuk mangkuk. warna mahkotanya adalah hijau.Buah Vitis
vinivera alah buah sejati tunggal yang berdaging. bentuknya hampir bulat
dengan permukaan epikarpiumnya di lapisi tepung.Biji buah Vitis Vinifera berbentuk
lonjong berwarna coklat muda.
3.4 Kersen
/ Ceri (Muntingia calabura L.)
Kersen atau talok (Muntingia calabura L.) adalah sejenis pohon
sekaligus buahnya yang kecil dan manis berwarna merah cerah. Di beberapa
daerah, seperti di Jakarta,
buah ini juga dinamai ceri
(untuk ceri yang sebenarnya, lihat artikel ceri).
Di Lumajang, anak-anak
menyebutnya baleci. Nama-nama lainnya di beberapa negara adalah datiles,
aratiles, manzanitas (Filipina); mât sâm (Vietnam); khoom sômz,
takhôb (Laos); takhop farang
(Thailand); krâkhôb barang
(Kamboja); dan kerukup
siam (Malaysia).
Juga dikenal
sebagai capulin blanco, cacaniqua, nigua, niguito (bahasa Spanyol); Jamaican
cherry, Panama berry, dan Singapore cherry (Inggris). Orang Belanda dulu
menyebutnya Japanse kers ("ceri jepang"), yang lalu dari sini
diambil menjadi kersen dalam bahasa Indonesia atau ada
yang menyebutnya ceri.
Perdu atau pohon,
tinggi sampai 12 m, meski umumnya hanya
sekitar 3-6 m saja. Hijau
abadi dan terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun.
Cabang-cabang mendatar, menggantung di ujungnya; membentuk naungan yang
rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan rambut kelenjar;
demikian pula daunnya.
Daun-daun terletak mendatar, berseling; helaian daun tidak simetris, bundar telur
lanset, tepinya bergerigi dan berujung runcing, 1-4 × 4-14 cm, sisi bawah berambut
kelabu rapat; bertangkai pendek. Daun penumpu yang sebelah meruncing bentuk
benang, lk. 0,5 cm, agak lama lalu mengering dan rontok, sementara sebelah lagi
rudimenter.
Bunga dalam berkas, berisi 1-3 kuntum, terletak di ketiak
agak di sebelah atas tumbuhnya daun; bertangkai panjang; berkelamin dua dan
berbilangan 5; kelopak berbagi dalam, taju meruncing bentuk benang, berambut
halus; mahkota bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis, gundul, lk. 1
cm. Benang sari berjumlah
banyak, 10 sampai lebih dari 100 helai. Bunga yang mekar menonjol keluar, ke
atas helai-helai daun; namun setelah menjadi buah menggantung ke bawah, tersembunyi
di bawah helai daun. Umumnya hanya satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap
berkasnya.
Buah buni bertangkai
panjang, bulat hampir sempurna, diameter
1-1,5 cm, hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak, bermahkota sisa
tangkai putik yang tidak rontok serupa bintang hitam bersudut lima. Berisi
beberapa ribu biji yang kecil-kecil, halus, putih kekuningan; terbenam dalam
daging dan sari buah yang manis sekali.
Selain itu,
buah kersen juga dapat digunakan untuk obat penyakit asam urat, diabetes, dan
masih banyak lagi. Buah kersen disukai terutama oleh anak-anak, burung dan codot.
Anak-anak sekolah sering memanjat pohonnya, meninggalkan bekas-bekas berupa
ranting yang berpatahan dan kulit batang yang terkelupas. Buah ini juga dapat
dijadikan selai. Di Meksiko, buah kersen dijual
di pasar.Pohon kersen di Indonesia mudah dijumpai. Biasanya pohon ini dijadikan
tempat teduh bagi tukang becak di Indonesia.
Kayu kersen
lunak dan mudah kering, sangat berguna sebagai kayu bakar. Kulit kayunya yang
mudah dikupas digunakan sebagai bahan tali dan kain pembalut. Daunnya dapat
dijadikan semacam teh.
Burung-burung
pemakan buah, seperti kelompok merbah
dan burung cabe, sering mengunjungi pohon ini di waktu siang
untuk memakan buah atau sari buahnya yang manis. Di waktu hari gelap, berganti
aneka jenis kelelawar pemakan buah yang
datang dengan tujuan yang sama. Biji kersen tidak tercerna oleh burung dan
codot, karena itu kedua kelompok hewan ini sekaligus berfungsi sebagai pemencar
bijinya.
Pohon kersen
khususnya berguna sebagai pohon
peneduh di pinggir jalan. Pohon kecil ini awalnya sering tumbuh sebagai semai
liar di tepi jalan, selokan, atau muncul di tengah retakan tembok lantai atau
pagar, dan akhirnya tumbuh dengan cepat –biasanya dibiarkan saja– membesar
sebagai pohon naungan. Sebab itulah pohon kersen acapkali ditemukan di wilayah
perkotaan yang ramai dan padat, di tepi trotoar dan lahan parkir, di tepi
sungai yang tidak terurus atau di tempat-tempat yang biasa kering
berkepanjangan.
Karena
sifat-sifat dan daya tahannya itu, kersen menjadi salah satu tumbuhan pionir yang paling banyak dijumpai
di wilayah hunian manusia di daerah tropis. Berasal dari Amerika
tropis (Meksiko selatan, Karibia, Amerika Tengah sampai ke Peru dan Bolivia), kersen
dibawa masuk ke Filipina pada akhir abad-19, dan lalu dengan cepat menyebar di
seluruh wilayah tropis Asia Tenggara.
3.5 Pare
/ Peria (Momordica charantia)
Peria adalah
sejenis tumbuhan merambat dengan buah yang panjang dan runcing pada ujungnya serta permukaan
bergerigi. Peria tumbuh baik di dataran
rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan,
dibudidayakan, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar.
Tanaman ini
tumbuh merambat atau memanjat dengan sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau
tidak enak serta batangnya berusuk isma. Daun tunggal,
bertangkai dan letaknya berseling, berbentuk bulat panjang, dengan panjang 3,5
- 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkalnya berbentuk jantung, serta
warnanya hijau
tua. Bunga
merupakan bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang,
mahkotanya berwarna kuning.
Buahnya bulat
memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan,
panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit, warna buah hijau, bila masak menjadi oranye
yang pecah dengan tiga daun buah.
Di
negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, Korea, dan Cina, peria dimanfaatkan untuk pengobatan, antara lain sebagai
obat gangguan pencernaan, minuman penambah semangat, obat pencahar dan
perangsang muntah, bahkan telah diekstrak dan dikemas dalam kapsul sebagai obat
herbal/jamu. Buahnya mengandung albuminoid, karbohidrat,
dan pigmen. Daunnya mengandung
momordisina, momordina, carantina, resin, dan minyak. Sementara
itu, akarnya
mengandung asam momordial dan asam oleanolat, sedangkan bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam
momordial. Peria juga dapat merangsang nafsu makan,menyembuhkan penyakit
kuning,memperlancar pencernaan, dan sebagai obat malaria. Selain itu,
peria juga mengandung beta-karotena dua kali lebih besar daripada brokoli sehingga
berpotensi mampu mencegah timbulnya penyakit kanker dan
mengurangi risiko terkena serangan
jantung ataupun infeksi virus.
Daun peria juga bermanfaat untuk menyembuhkan mencret pada bayi, membersihkan darah bagi wanita
yang baru melahirkan, menurunkan demam, mengeluarkan cacing
kremi, serta dapat menyembuhkan batuk. Buahnya yang berasa pahit biasa diolah sebagai sayur,
misalnya pada gado-gado,
pecel, rendang, atau gulai. Di Cina peria
diolah dengan tausi, tauco, daging sapi, dan cabai sehingga
rasanya makin enak atau diisi dengan adonan daging dan tofu, sedangkan di
Jepang peria jadi primadona makanan sehat karena diolah menjadi sup, tempura, atau asinan sayuran.
Ekstrak biji
peria selain digunakan sebagai bahan obat, ternyata juga dapat digunakan
sebagai pembasmi larva
alami yang merugikan seperti larva Aedes
aegypti yang menyebarkan penyakit demam berdarah dengue atau DBD.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tanaman yang sering kita jumpai di kota Malang adalah pohon Mangga, pohon
Belimbing, Anggur, Pohon Kersen, dan Pare atau Peria. Tanaman khas yang
terdapat di kota Malang adalah Mangga, karena tanaman ini sering kita jumpai di
Malang.
Morfologi pohon mangga yaitu pohon berakar tunggang, permukaan batang beralur, model
arsitektur Scarrone, f.sparsa, daun tunggal, ujung meruncing, pangkal membulat,
tepi rata, tipe perbungaan panicula, Fl. Hermaprodit, keadaan bunga siklis,
aestivatio aperta, andresium staminodium, plasenta parakarp, buah sejati
tunggal, buah batu.
Morfologi pohon belimbing
yaitu pohon berakar tunggang, permukaan batang beralur, model
arsitektur Troll, f.sparsa, daun majemuk menyirip gasal, ujung meruncing,
pangkal membulat, tepi rata, tipe perbungaan amentum, Fl. incompletus, keadaan
bunga siklis, aestivatio aperta, andresium obdiplostemon, plasenta apokarp,
buah sejati tunggal, buah buni.
Morfologi tanaman anggur yaitu : semak berakar tunggang, permukaan batang pilosus, menjalar, model arsitektur troll, f.sparsa,
daun tunggal, daun penumpu melekat pada tangkai, ujung meruncing, pangkal
bertakik, tepi bergerigi ganda, tipe perbungaan panicula, Fl. completus,
keadaan bunga siklis, aestivatio aperta, andresium epipetal, plasenta
sentralis, buah sejati majemuk, buah buni majemuk.
Morfologi pohon kersen yaitu pohon berakar tunggang, permukaan batang berusuk, model
arsitektur Roux, f.sparsa, daun tunggal, daun penumpu pada sebagian pangkal
daun, ujung runcing, pangkal tak setangkup, tepi bergerigi ganda, fl. sparsi,
Fl. Hermaprodit/completus, keadaan bunga siklis, aestivation aperta, andresium
obdiplostemon, plasenta multiocularis, buah sejati tunggal, buah buni.
Morfologi tanaman anggur yaitu semak tipe pemanjat, berakar tunggang, permukaan batang
beralur dan pilosus, model arsitektur Troll, f.sparsa, mempunyai sulur dan
stipula, daun tunggal, ujung rompang, pangkal berlekuk, tepi bergerigi, fl.
sparsi, Fl. Hermaprodit / completus, keadaan bunga siklis, aestivation aperta,
andresium staminodium, plasenta senokarp-parakarp, buah sejati tunggal, buah
kering, pecah, berbentuk kapsul.
4.2 Saran
Diharapkan dengan penelitian mandiri ini penulis dapat lebih menguasai mata
kuliah morfologi tumbuhan karena bertambahnya ilmu pengetahuan dengan mencandra
tanaman secara mandiri dan mengetahui keanekaragaman tumbuhan yang ada di
Malang. Sehingga kita dapat merasakan keagungan dan kebesaran Sang Pencipta
kita yaitu Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Lawrence, G. H.
1991. Taxonomy of Vascular Plat. New
York : MacMillan Publishing Co, Inc
Samingan, T. 1985.
Dendrologi. Jakarta : Gramedia
Tjitrosoepomo, G.
1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta
: Gajah Mada University Press
Bompard J.M., R. J. Schnell. 1997. Taxonomy and Systematics. In: Litz R (Ed) The Mango,
CAB International, New York, USA, pp 21-47.
0 komentar :
Posting Komentar
jangan lupa comment ya teman-teman.. :D