FENOMENA AKIBAT ANEUPLOIDI KROMOSOSM KELAMIN PADA MANUSIA DAN PEMBALIKAN KELAMIN
Hermaproditisma
dan Fenomena Akibat Aneuploidi Kromosom Kelamin pada Manusia
Fenomena
aneuploidi kromosom kelamin pada manusia biasanya terlihat pada fenotip alat-alat kelamin yan mengalami
pertumbuhan tak lazim. Banyak sekali fenomena tak lazim tersebut yang dapat
bermula sejak sebelum atau selama fertilisasi, selama diferensiasi jaringan, atau
setelah diferensiasi jaringan yaitu selama periode pertumbuhan dan
perkembangan. Berikut merupakan beberapa fenomena tersebut:
1.
Hermaproditisma sejati
Kelainan
ini mempunyai ciri yaitu struktur alat kelamin yang tidak jelas. Ada beberapa
kemungkinan yang menyebabkan hal ini, yaitu terjadinya fusi sel pada awal
perkembangan antara zigot-zigot yang berbeda dan menghasilkan individu dengan 2
macam kariotip yang disebut chimera.
Dapat pula dikarenakan gagal berpisah saat mitosis yang menghasilkan suatu mosaik
galur. Contohnya, suatu embrio berkromosom XY atau XXY mengalami gagal berpisah
sehingga menghasilkan mosaik dari galur-galur sel XO/XY, XX/XY, dan sebagainya.
Kariotip
chimera yang paling umum adalah chi 46,
XX/46,XY yang terbentuk akibat fusi antara zigot-zigot yang berkelamin
berbeda. Kariotip cimera yang lain adalah chi
45,XO/46,XY; chi 46,XX/47,XXY; dan chi
45,XO/46,XY/47,XYY.
2.
Feminizing Male
Pseudohermaproditisma
Merupakan
pseudoermaproditisme jantan yang bersifat kebetinaan (feminisasi). Hal tersebut
dikarenakan adanya suatu gen mutan dominan autososmal yang dipengaruhi kelamin.
Orang yang punya kelainan ini berfenotip perempuan, tetapi ciri kelamin
sekunder kurang berkembang. Kariotip fenomena ini adalah 46,XY/45,X.
3.
Masculinizing Male Pseudohermaproditisma
Fenomena
ini mempunyai kariotip 46,XY atau mosaik 46,XY/45X. Ciri umumnya adalah
individu ini tidak jelas laki-laki atau perempuan, testis dan penis tidak
sempurna, payudara tidak berkembang dan tubuh ditumbuhi rambut seperti
laki-laki.
4.
Guevodoces
Fenomena ini mempunyai kariotip 46,XY. Fenomena ini
dapat terjadi karena adanya perkawinan sedarah. Kelainan terjadi karena adanya
suatu alela autusomal resesif yang mempengaruhi penggunaan testoteron.
Fenomena ini temasuk dalam Masculinizing Male Pseudohermaproditisma. Saat balita ina remaja,
individu ini tampak mempunyai ciri sebaai individu betina. Scrotum tampak
seperti labia, ada kantung vagina buntu, dan penis menyerupai klitoris. Saat
mengalami pubertas, individu mengalami perubahan struktur kelamin sekunder
eksternal seperti suara menjadi besar, perkembangan otot bersifat maskulin, dan
klitoris membesar menjadi penis dan akirnya fungsional penuh menjadi jantan dan
berorientasi psikologis maskulin serta fertil.
5.
Female Pseudohermaproditisma
Fenomena
ini berkariotip 46,XX yang dasarnya berkelamin betina tetapi tanda-tanda
kelamin ke ciri jantan. Individu mempunyai alat kelamin eksternal yang
meragukan, memiliki ovarium yang tak sepmurna.
Kelainan
ini dapat disebabkan karena proliferasi kelenjar adrenalin janin perempuan atau
ketidakseimbangan hormonal ibu. Fenomena ini terjadi karena adanya
homozigositas gen-gen resesif yang bertanggung jawab terhadap enzim-enzim pada
metabolisme steroid. Hal ini menakibatkan proliferase/ pertumbuhan berlebih
pada korteks anak ginjal janin, akibatnya hormon laki-laki berlebih.
6.
Sindrom Turner
Fenomena
ini mempunyai kariotip 45,XO. Individa adalah betina tetapi ovarium kurang
berkembang, karakteristik kelamin sekunder berkembang tidak sempurna, punya
tubuh pendek, leher bergelambir, dan keterbelakangan mental.
Sindrom
ini dapat terjadi karena gagal berpisa selama gametoenesis atau selama mitosis
saat perkembangan embrional awal. Jika peristiwa gagal berpisah terjadi saat
mitosis, maka individu itu mempunyai kariotip yang merupakan mosaik XX dan XO.
7.
Sindrom Klinefelter
Individu
pada dasarnya berkelamin jantan dan mengalami feminisasi. Individu mempunyai
testis kecil yang tidak normal, tidak mampu mengalami spermatogenesis, biasanya
steril, berinteiensi rendah, dan anggota gerak biasanya lebih panjang.
Kariotip
yang umum adalah 47,XY. Ada juga konstitusi koromosom kelamin XXYY (tetrasomi),
XXXY (tetrasomi), XXXXY (pentasomi), dan XXXXYY (heksasomi).
8.
Pria XYY
Fenomena
ini mempunyai kariotip 47, XYY. Merupakan individu jantan normal, fertil,
cenderung lebih tinggi dari pria normal umumnya, dan IQ agak rendah. Kadang
ditemukan kelainan alat kelmin eksternal atau internal.
9.
Penyimpangan lain
Penyimpangan lain karena aneuploidi
kromosom kelamin adalah individu perempuan berkariotip 47,XXX (trisomi),
48,XXXX (tetrasomi), dan 49,XXXXX (pentasomi). Individu perempuan ini disebut
“betina super”. Secara keseluruha individu biasanya mempunyai alat kelamin yang
kurang berkembang, kesuburan terbatas, dan keterbelakangan mental.
Pembalikan
Kelamin
Pembalikan
kelamin dapat terjadi dari betina menjadi jantan, atau dari jantan menjadi
betina.
Pembalikan Kelamin pada Ragi
Strain ragi memiliki 2 macam
kelamin (mating type) yaitu gen a dan alfa. Strain ragi tidak mempunyai kelamin yang stabil. Pembalikan
kelamin pada ragi ini berhubungan dengan alela MAT a dan MAT alfa yang
terletak pada kromosom 3. Disebelah kiri dan kanannya secara berturut-turut
adalah HML dan HMR. HML adalah gen diam yang menandung kopian dari informasi alfa dan HMR adalah juga gen diam yang
mengandung informasi spesifik untuk a.
Terdapat juga SIR (SIR 1, 2, 3, dan 4) yang terletak pada daerah E. Daerah E ini membuat HML dan HMR
tidak terekspresikan.
Pembalikan Kelamin pada
Ikan
Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya pembalikan kelamin pada ikan adalah matinya/ tidak
adanya individu betina (pada kelompok protoynous) atau individu jantan (pada
kelompok protandrous) pada suatu kelompok ikan tersebut. Ada juga faktor yang
diinisiasi oleh perubahan-perubahan fisiologis endogen, yaitu suatu ukuran
tertentu, umur, tingkat perkembangan, dan peningkatan rasio kelamin (dewasa)
betina terhadap jantan.
Kejadian pembalikan kelamin dari
betina menjadi jantan, ataupun sebaliknya dari jantan menjadi betina, juga
memperlihatkan perubahan-perubahan perilaku dan warna tubuh.
Pembalikan Kelamin pada
Burung
Contohnya adalah pada ayam betina
yang berenotip ZW. Ayam yang mengalami pembalikan kelamin adalah ayam yang
sudah bertelur. Pembalikan terjadi karena hormon kelamin betina tidak ada
sehingga jaringan testikuler rudimenter pada tengah-tengah ovarium mengalami
proliferasi. Terbentuk ciri sekunder dengan adanya bulu jantan, dapat berkokok,
testis berkembang dan ada sperma dan akhirnya terbentuk individu jantan baru.
Sumber:
Genetika Kelamin
Pertanyaan
1. Masculinizing
Male Pseudohermaproditisma dan Guevodoces adalah suatu ermaproditisma yang
sama-sama merupakan kelainan yang menunjukkan ke arah jantan. Apa yang
membedakan kedua fenomena tersebut?
jawab:
Guevodoces hampir sama dengan Masculinizing Male
Pseudohermaproditisma, tetapi proses kejadiannya berbeda. Fenomena guevodocos
terjadi ketika individu menginjak masa pubertas sedangkan Masculinizing Male
Pseudohermaproditisma sudah tampak ketika masih balita.
2. Bagaimana
proses pembalikan kelamin dapat teradi? apa yang sesungguhnya menyebabkan
terjadinya peristiwa tersebut?
jawab:
Pembalikan kelamin terjadi ketika
individu jantan berubah menjadi individu betina atau sebaliknya individu betina
berubah menjadi jantan dengan ciri-ciri morfologi maupun tingkah laku yang
berubah. Ada berbagai aspek atau faktor yang mempenaruhi pembalikan kelamin.
Menurut pendapat kami, yang utama menyebabkan pembalikan kelamin adalah
perubahan hormon dalam tubuh individu itu yang semula resesif menjadi dominan
dalam tubuhnya. Perubahan hormon ini yang akhirnya akan mempengaruhi gen yang
mengekspresikan sifat kelamin individu terebut.
0 komentar :
Posting Komentar
jangan lupa comment ya teman-teman.. :D