Makalah Kelaparan Di Malang
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kelaparan
adalah suatu masalah serius bagi manusia, dimana kebutuhan gizi dari individu
kurang tercukupi. Dalam mata kuliah biosos ini, kami langsung turun ke lapangan
guna melihat langsung kehidupan dari seorang wanita dan anaknya yang hidup di
pemukiman padat penduduk dengan kelaparan. Kami memang mencari subject amatan
yang berdomisili di daerah kota bukan di daerah kabupaten atau pinggiran kota,
kami ingin melihat bagaimana cara orang yang kelaparan dapat bertahan hidup.
Bagaimana aspek sosial dengan tetangga dan dengan pemerintah terjadi untuk mengurangi rasa lapar dari seorang manusia,
melihat lebih lanjut apa yang menyebabkan terjadinya kelaparan di daerah kota,
apa solusi dari kelaparan dan bagaimana orang yang kelaparan dapat bertahan
hidup secara normal.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah di wilayah Malang masih terdapat kelaparan?
1.2.2
Apakah penyebab
dari kelaparan yang dialami?
1.2.3
Bagaimana solusi untuk menanggulangi kelaparan tersebut?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengetahui data atau contoh penduduk di wilayah Malang yang
masih mengalami kelaparan
1.3.2
Mengetahui penyebab dari kelaparan yang diderita penduduk di wilayah
Malang.
1.3.3
Menemukan solusi untuk menanggulangi kelaparan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia tidak pernah lepas dari
kehidupan sosial. Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk sosial. Selain itu,
manusia juga berinteraksi dengan berkomunikasi sesamanya. Namun, seringkali
interaksi sosial yang dijalankan menyebabkan masalah-masalah sosial. Dalam
suatu lingkup atau wilayah misalnya, bisa timbul berbagai permasalahan. Salah
satu permasalahan dalam kehidupan yaitu tingginya angka kepadatan penduduk di
dalam wilayah tersebut.
Kepadatan penduduk yang kurang
terkontrol menimbulkan masalah-masalah baru. Salah satu contohnya yaitu
kelaparan. Semakin banyak penduduk, semakin banyak kompetisi dalam hal makanan
yang terjadi di wilayah tersebut. Jadi, hal ini menimbulakan sekelompok
orang-orang yang kurang beruntung. Masalah ini sangat kompleks sebenarnya,
karena masalah kepadatan penduduk, berdampak pada ekonomi, banyak kemiskinan
dan pengangguran, masalah kemiskinan berdampak pada kesehatan, kesenjangan
sosial, dan kelaparan.
Di Indonesia saat ini tingkat
pangan tergolong buruk. Pada tahun 2004, Indonesia mampu melakukan swasembada
beras. Produksi padi nasional meningkat pada tahun 2004. Namun, kelaparan masih
merupakan problem kronis. Ditengah surplus pangan, banyak warga Indonesia yang
ternyata masih menderita akibat kelaparan.
Kelaparan biasanya dapat dideteksi
pada musim tertentu, contonya musim kemarau, panceklik, pada saat bencana alam
atau pada saat perang. Jenis-jenis kelaparan contohnya saja kurangnya energi
dan protein atau gizi buruk, kekurangan zat besi, zat yodium, dan kekurangan
vitamin. Akibat kekurangan zat-zat tersebut maka akan berdampak pada kesehatan
dan tingkat kecerdasan.
Dalam kemiskinan, mustahil
kebutuhan gizi bisa terpenuhi. Lebih mustahil lagi adalah mengindahkan keamanan
makanan. Lebih dari 1 miliar kasus diare akut yang menyebabkan kematian pada
anak usia sekolah di berbagai negara berkembang. Dampak sosial-ekonomi makanan
yang tidak aman amatlah buruk.
Salah satu contohnya yaitu
berdasarkan observasi lingkungan di wilayah Malang, yakni di Jl. Juanda atau
kawasan Brantas, kami mendapati sebuah rumah yang letaknya sangat dekat dengan
sungai. Rumah tersebut di buat dengan bahan seadanya, berdinding bambu dan
sebagian lagi tembok bata tak rata dan genteng yang terbuat dari seng. Nama
pemilik rumah tersebut adalah bu Asiyah. Umurnya sekitar 50 tahun. Sehari-harinya
beliau hanya bekerja sebagai tukang cuci, namun pekerjaan itu tidaklah
menghasilkan uang setiap hari. Jadi, beliau hanya dapat membeli makanan apabila
ada orang yang meminta tolong untuk mencuci baju kepada Bu Asiyah.
Gambar
1. Lokasi tempat observasi lapangan
Suami beliau sudah lama meninggal.
Beliau mempunyai 3 orang anak, 2 diantaranya tidak bersekolah, kemudian yang
seorang di berikan kepada orang lain yang lebih mampu. Anak-anak beliau yang di
rumah ini juga jarang pulang. Mereka terbiasa hidup di jalanan. Hanya dengan
mengamenlah mereka mendapatkan sesuap nasi.
Ketika ditanya berapa kali Ibu
Asiyah makan dalam sehari, beliau menjawab sekali saja. Itupun kadang hanya
nasi saja sudah cukup, uangnya kurang kalau untuk beli lauk ataupun sayuran. Sayur-sayuran
memang tergolong murah, akan tetapi pada saat ini bahan untuk membuat bumbu
seperti cabe, bawang, masih sangat mahal untuknya. Terkadang juga beliau
mendapatkan makanan dari tetangga-tetangga beliau yang memiliki hajat. Apabila tidak ada makanan, beliau membuat tiwul yang
terbuat dari singkong, makanan itu hanya cukup untuk kebutuhan karbohidratnya
saja. Terkadang, protein di dapatnya dari tempe dan tahu, sedangkan untuk
vitamin dan mineral sangat kekurangan.
Gambar 2. Kiri atas : samping rumah bu Asiyah, kiri
bawah : karak yang di keringkan, kanan atas : dapur bu Asiyah, kanan bawah :
bagian samping rumah bu Asiyah
Rumah
yang beliau tempati sekarang adalah hasil gotong-royong warga yang dipimpin
oleh ketua RT/RW. Terkadang juga
beliau menjemur karak yang nantinya untuk dijual ataupun dimakan sendiri.
Minyak, gula, dan beras banyak yang didapat dari para tetangga. Terdapat ayam
di depan rumah, namun hanya titipan orang. Dengan
keadaan seperti bu Asiyah ini, kami menyampaikan bahwa masih ada beberapa orang
yang menderita kelaparan dan kemiskinan di wilayah kota Malang.
Awalnya, kehidupan bu Asiyah tidak
separah sekarang. Beliau mengatakan sistem untuk mendapatkan bantuan dari
pemerintah kurang tepat sasaran. Karena beliau bercerita bahwa jaminan kesehatan
yang seharusnya diberikan sudah lama tidak diberikan. Beliau hanya memiliki
kartu jamkesmas yang lama untuk berobat ke puskesmas. Sedangkan pemerinah telah
membuat kartu yang baru, yang lama tidak dapat dipakai lagi di puskesmas.
Hasilnya, bu Asiyah tidak dapat periksa ke puskesmas. Padahal, beliau menderita
penyakit liver dan sangat berbahaya apabila tidak ditangani secara rutin.
Selain itu, di sekujur tubuhnya penuh dengan bekas seperti lebam yang
menghitam, namun masih belum diketahui bagaimana lebam tersebut berasal.
Sebelum menganggur, beliau
bercerita pernah bekerja di suatu warung makan. Kehidupannya jauh lebih baik
daripada sekarang. Namun, entah mengapa timbul benjolan yang berair di sekitar
tangan dan kaki beliau. Beliau tidak sadarkan diri dan ketika sadar, benjolan
tersebut sangat sakit, dan selang beberapa lama kemudian sembuh dan menyebabkan
bekas seperti lebam yang menghitam.
Masalah
kebersihan jangan ditanyakan lagi, karena jauh sekali dari standard kebersihan
lingkungan. Limbah sampah rumah tangga ada di samping rumah yang dekat dengan
sungai Brantas. Beliau tidak mempunyai kamar mandi, hanya kamar mandi bersama
atau umum yang berasal dari pemerintah setempat. Di depan kamar mandi umum
tersebut terdapat tempat untuk mencuci peralatan makan, dan mencuci baju.
Namun, pernah juga air untuk tempat mencuci tidak mengalir. Di tempat seperti
ini juga pernah terjadi kebanjiran sampai rumahnya terendam dan beliau harus
mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Gambar
3. Kiri atas bekas seperti lebam yang menghitam, kiri tengah sampah di sekitar
sungai di samping rumah, kiri bawah jamkesmas lama, kanan atas kamar mandi
umum, kanan tengah makanan yang diberikan warga, kanan bawah tempat mencuci
untuk umum
Setelah
melakukan observasi tersebut, kami menduga
bahwa masih ada beberapa tempat yang belum diperhatikan oleh pemerintah
setempat. Sosialisasi kesehatan untuk warga miskin kurang tepat sasaran.
Sehingga, uang untuk membeli makanan dipakainya untuk berobat. Oleh karena itu,
keluarga bu Asiyah seringkali kekurangan makanan. Kami menyimpulkan keluarga beliau
termasuk dalam keluarga yang mengidap kelaparan, karena asupan vitamin dan
mineral dari sayur dan buah tidak dapat tercukupi.
Solusi
yang dapat kami berikan yaitu, seharusnya seluruh struktur lapisan masyarakat
bekerja sama untuk menanggulangi masalah ini. Kita harus bersama-sama peduli
kepada sesama, jangan pernah mengabaikan orang-orang yang membutuhkan
pertolongan kita. Dari pemerintah juga seharusnya bekerja sama, untuk menekan pertumbuhan
penduduk, sehingga tidak banyak pengangguran, yang mengakibatkan kemiskinan.
Serta, memberikan pelayanan kesehatan dan dana BLSM untuk masyarakat yang
kurang mampu.
Solusi
lainnya yaitu, mengganti asupan gizi misalnya untuk karbohidrat yang biasanya
didapat dari nasi sekarang diganti dengan jagung. Protein bisa didapat dari
kacang kedelai misalnya tempe. Sedangkan mineral dan vitamin dapat diperoleh
dari buah-buahan, atau sayuran seperti soup.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
·
Masih terdapat
kasus kelaparan yang ada di wilayah Malang, sebagai contohnya pada kasus bu
Asiyah yang berada di pinggiran brantas Jl. Juanda.
·
Penyebab dari
kelaparan yakni ditinjau dari aspek biologis yakni kekurangan vitamin dan
mineral yang seharusnya dikonsumsi, aspek sosial yaitu adanya pengangguran dan
kemiskinan.
·
Solusi yang
dapat diberikan dari aspek biologi yakni mengganti pola makan, sehingga uang
untuk membeli nasi untuk mencukupi karbohidrat dibelikan jagung atau kentang
yang lebih murah, sehingga beliau mempunyai sisa uang untuk membeli sayuran,
lauk, dan buah buahan. Selain itu, dari pemerintah sendiri juga wajib
memberikan bantuan dan penyuluhan tentang pentingnya gizi seimbang, vitamin dan
mineral yang seharusnya di konsumsi.
3.2 Saran
§ Janganlah kita mendiamkan dan menutup mata mengenai
masalah kelaparan ini, sebaiknya dimulai dari diri sendiri, jangan pernah
berlebih-lebihan. Kita dapat membantu memberikan sumbangan, meskipun tak
seberapa, mereka akan sangat menghargai bantuan kita.
§ Seharusnya dengan adanya tugas ini, kita dapat
memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat untuk segera memberikan
bantuan yang seharusnya mereka terima.
0 komentar :
Posting Komentar
jangan lupa comment ya teman-teman.. :D