Makalah Kelaparan Di Malang

Senin, 21 Oktober 2013

Makalah Kelaparan Di Malang





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kelaparan adalah suatu masalah serius bagi manusia, dimana kebutuhan gizi dari individu kurang tercukupi. Dalam mata kuliah biosos ini, kami langsung turun ke lapangan guna melihat langsung kehidupan dari seorang wanita dan anaknya yang hidup di pemukiman padat penduduk dengan kelaparan. Kami memang mencari subject amatan yang berdomisili di daerah kota bukan di daerah kabupaten atau pinggiran kota, kami ingin melihat bagaimana cara orang yang kelaparan dapat bertahan hidup. Bagaimana aspek sosial dengan tetangga dan dengan pemerintah terjadi untuk  mengurangi rasa lapar dari seorang manusia, melihat lebih lanjut apa yang menyebabkan terjadinya kelaparan di daerah kota, apa solusi dari kelaparan dan bagaimana orang yang kelaparan dapat bertahan hidup secara normal.
Dari aspek biologi orang yang kelaparan bisa mengalami gangguan metabolisme, dimana kurangnya asupan gizi akan menghambat metabolisme namun kembali lagi ke kebiasaan masyarakat Indonesia dimana makan itu berarti adalah makan nasi, jika dirunut dari biokimia aspek penting yang harus di konsumsi itu adalah lemak, protein dan karbohidrat, dan masyarakat Indonesia beranggapankalau makan itu adalah makan nasi atau karbohidrat. Disini kami juga ingin tau bagaimana sistem subtitusi makanan yang terjadi, misal jika karbohidrat tidak didapat dari nasi apakah mereka akan menggantinya dengan singkong? Apakah protein tidak didapat ? apakah vitamin tidak didapat? Air bersih juga masuk dalam pantauan kami karena air juga salah satu aspek yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Peran dari sosial dan biologi akan mendasari observasi kami.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1         Apakah di wilayah Malang masih terdapat kelaparan?
1.2.2         Apakah penyebab dari kelaparan yang dialami?
1.2.3         Bagaimana solusi untuk menanggulangi kelaparan tersebut?
1.3  Tujuan
1.3.1        Mengetahui data atau contoh penduduk di wilayah Malang yang masih mengalami kelaparan
1.3.2        Mengetahui penyebab dari kelaparan yang diderita penduduk di wilayah Malang.
1.3.3        Menemukan solusi untuk menanggulangi kelaparan tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

              Manusia tidak pernah lepas dari kehidupan sosial. Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk sosial. Selain itu, manusia juga berinteraksi dengan berkomunikasi sesamanya. Namun, seringkali interaksi sosial yang dijalankan menyebabkan masalah-masalah sosial. Dalam suatu lingkup atau wilayah misalnya, bisa timbul berbagai permasalahan. Salah satu permasalahan dalam kehidupan yaitu tingginya angka kepadatan penduduk di dalam wilayah tersebut.
              Kepadatan penduduk yang kurang terkontrol menimbulkan masalah-masalah baru. Salah satu contohnya yaitu kelaparan. Semakin banyak penduduk, semakin banyak kompetisi dalam hal makanan yang terjadi di wilayah tersebut. Jadi, hal ini menimbulakan sekelompok orang-orang yang kurang beruntung. Masalah ini sangat kompleks sebenarnya, karena masalah kepadatan penduduk, berdampak pada ekonomi, banyak kemiskinan dan pengangguran, masalah kemiskinan berdampak pada kesehatan, kesenjangan sosial, dan kelaparan.
              Di Indonesia saat ini tingkat pangan tergolong buruk. Pada tahun 2004, Indonesia mampu melakukan swasembada beras. Produksi padi nasional meningkat pada tahun 2004. Namun, kelaparan masih merupakan problem kronis. Ditengah surplus pangan, banyak warga Indonesia yang ternyata masih menderita akibat kelaparan.
              Kelaparan biasanya dapat dideteksi pada musim tertentu, contonya musim kemarau, panceklik, pada saat bencana alam atau pada saat perang. Jenis-jenis kelaparan contohnya saja kurangnya energi dan protein atau gizi buruk, kekurangan zat besi, zat yodium, dan kekurangan vitamin. Akibat kekurangan zat-zat tersebut maka akan berdampak pada kesehatan dan tingkat kecerdasan.
              Dalam kemiskinan, mustahil kebutuhan gizi bisa terpenuhi. Lebih mustahil lagi adalah mengindahkan keamanan makanan. Lebih dari 1 miliar kasus diare akut yang menyebabkan kematian pada anak usia sekolah di berbagai negara berkembang. Dampak sosial-ekonomi makanan yang tidak aman amatlah buruk.
              Salah satu contohnya yaitu berdasarkan observasi lingkungan di wilayah Malang, yakni di Jl. Juanda atau kawasan Brantas, kami mendapati sebuah rumah yang letaknya sangat dekat dengan sungai. Rumah tersebut di buat dengan bahan seadanya, berdinding bambu dan sebagian lagi tembok bata tak rata dan genteng yang terbuat dari seng. Nama pemilik rumah tersebut adalah bu Asiyah. Umurnya sekitar 50 tahun. Sehari-harinya beliau hanya bekerja sebagai tukang cuci, namun pekerjaan itu tidaklah menghasilkan uang setiap hari. Jadi, beliau hanya dapat membeli makanan apabila ada orang yang meminta tolong untuk mencuci baju kepada Bu Asiyah.

Gambar 1. Lokasi tempat observasi lapangan
              Suami beliau sudah lama meninggal. Beliau mempunyai 3 orang anak, 2 diantaranya tidak bersekolah, kemudian yang seorang di berikan kepada orang lain yang lebih mampu. Anak-anak beliau yang di rumah ini juga jarang pulang. Mereka terbiasa hidup di jalanan. Hanya dengan mengamenlah mereka mendapatkan sesuap nasi.
              Ketika ditanya berapa kali Ibu Asiyah makan dalam sehari, beliau menjawab sekali saja. Itupun kadang hanya nasi saja sudah cukup, uangnya kurang kalau untuk beli lauk ataupun sayuran. Sayur-sayuran memang tergolong murah, akan tetapi pada saat ini bahan untuk membuat bumbu seperti cabe, bawang, masih sangat mahal untuknya. Terkadang juga beliau mendapatkan makanan dari tetangga-tetangga beliau yang memiliki hajat. Apabila tidak ada makanan, beliau membuat tiwul yang terbuat dari singkong, makanan itu hanya cukup untuk kebutuhan karbohidratnya saja. Terkadang, protein di dapatnya dari tempe dan tahu, sedangkan untuk vitamin dan mineral sangat kekurangan.

Gambar 2. Kiri atas : samping rumah bu Asiyah, kiri bawah : karak yang di keringkan, kanan atas : dapur bu Asiyah, kanan bawah : bagian samping rumah bu Asiyah

              Rumah yang beliau tempati sekarang adalah hasil gotong-royong warga yang dipimpin oleh ketua RT/RW. Terkadang juga beliau menjemur karak yang nantinya untuk dijual ataupun dimakan sendiri. Minyak, gula, dan beras banyak yang didapat dari para tetangga. Terdapat ayam di depan rumah, namun hanya titipan orang. Dengan keadaan seperti bu Asiyah ini, kami menyampaikan bahwa masih ada beberapa orang yang menderita kelaparan dan kemiskinan di wilayah kota Malang.
              Awalnya, kehidupan bu Asiyah tidak separah sekarang. Beliau mengatakan sistem untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah kurang tepat sasaran. Karena beliau bercerita bahwa jaminan kesehatan yang seharusnya diberikan sudah lama tidak diberikan. Beliau hanya memiliki kartu jamkesmas yang lama untuk berobat ke puskesmas. Sedangkan pemerinah telah membuat kartu yang baru, yang lama tidak dapat dipakai lagi di puskesmas. Hasilnya, bu Asiyah tidak dapat periksa ke puskesmas. Padahal, beliau menderita penyakit liver dan sangat berbahaya apabila tidak ditangani secara rutin. Selain itu, di sekujur tubuhnya penuh dengan bekas seperti lebam yang menghitam, namun masih belum diketahui bagaimana lebam tersebut berasal.
              Sebelum menganggur, beliau bercerita pernah bekerja di suatu warung makan. Kehidupannya jauh lebih baik daripada sekarang. Namun, entah mengapa timbul benjolan yang berair di sekitar tangan dan kaki beliau. Beliau tidak sadarkan diri dan ketika sadar, benjolan tersebut sangat sakit, dan selang beberapa lama kemudian sembuh dan menyebabkan bekas seperti lebam yang menghitam.
              Masalah kebersihan jangan ditanyakan lagi, karena jauh sekali dari standard kebersihan lingkungan. Limbah sampah rumah tangga ada di samping rumah yang dekat dengan sungai Brantas. Beliau tidak mempunyai kamar mandi, hanya kamar mandi bersama atau umum yang berasal dari pemerintah setempat. Di depan kamar mandi umum tersebut terdapat tempat untuk mencuci peralatan makan, dan mencuci baju. Namun, pernah juga air untuk tempat mencuci tidak mengalir. Di tempat seperti ini juga pernah terjadi kebanjiran sampai rumahnya terendam dan beliau harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Gambar 3. Kiri atas bekas seperti lebam yang menghitam, kiri tengah sampah di sekitar sungai di samping rumah, kiri bawah jamkesmas lama, kanan atas kamar mandi umum, kanan tengah makanan yang diberikan warga, kanan bawah tempat mencuci untuk umum
            Setelah melakukan observasi tersebut, kami menduga bahwa masih ada beberapa tempat yang belum diperhatikan oleh pemerintah setempat. Sosialisasi kesehatan untuk warga miskin kurang tepat sasaran. Sehingga, uang untuk membeli makanan dipakainya untuk berobat. Oleh karena itu, keluarga bu Asiyah seringkali kekurangan makanan. Kami menyimpulkan keluarga beliau termasuk dalam keluarga yang mengidap kelaparan, karena asupan vitamin dan mineral dari sayur dan buah tidak dapat tercukupi.
Solusi yang dapat kami berikan yaitu, seharusnya seluruh struktur lapisan masyarakat bekerja sama untuk menanggulangi masalah ini. Kita harus bersama-sama peduli kepada sesama, jangan pernah mengabaikan orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita. Dari pemerintah juga seharusnya bekerja sama, untuk menekan pertumbuhan penduduk, sehingga tidak banyak pengangguran, yang mengakibatkan kemiskinan. Serta, memberikan pelayanan kesehatan dan dana BLSM untuk masyarakat yang kurang mampu.
Solusi lainnya yaitu, mengganti asupan gizi misalnya untuk karbohidrat yang biasanya didapat dari nasi sekarang diganti dengan jagung. Protein bisa didapat dari kacang kedelai misalnya tempe. Sedangkan mineral dan vitamin dapat diperoleh dari buah-buahan, atau sayuran seperti soup.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·         Masih terdapat kasus kelaparan yang ada di wilayah Malang, sebagai contohnya pada kasus bu Asiyah yang berada di pinggiran brantas Jl. Juanda.
·         Penyebab dari kelaparan yakni ditinjau dari aspek biologis yakni kekurangan vitamin dan mineral yang seharusnya dikonsumsi, aspek sosial yaitu adanya pengangguran dan kemiskinan.
·         Solusi yang dapat diberikan dari aspek biologi yakni mengganti pola makan, sehingga uang untuk membeli nasi untuk mencukupi karbohidrat dibelikan jagung atau kentang yang lebih murah, sehingga beliau mempunyai sisa uang untuk membeli sayuran, lauk, dan buah buahan. Selain itu, dari pemerintah sendiri juga wajib memberikan bantuan dan penyuluhan tentang pentingnya gizi seimbang, vitamin dan mineral yang seharusnya di konsumsi.
3.2 Saran
§  Janganlah kita mendiamkan dan menutup mata mengenai masalah kelaparan ini, sebaiknya dimulai dari diri sendiri, jangan pernah berlebih-lebihan. Kita dapat membantu memberikan sumbangan, meskipun tak seberapa, mereka akan sangat menghargai bantuan kita.
§  Seharusnya dengan adanya tugas ini, kita dapat memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat untuk segera memberikan bantuan yang seharusnya mereka terima.


0 komentar :

Posting Komentar

jangan lupa comment ya teman-teman.. :D